Imbas Invasi Ukraina kembali Memanas, Amerika Serikat dan Rusia Siap Banjiri Militernya di Wilayah Arktik

- 28 Agustus 2022, 08:30 WIB
Ilustrasi US Navy
Ilustrasi US Navy /pixabay/

PR BEKASI - Perang dingin antara Amerika Serikat dengan Rusia hingga kini masih belum mereda.

Amerika Serikat dan Rusia bak tak pernah akur dari segi manapun terutama politik dan militer negaranya.

Bermula sejak jaman nama Rusia masih Uni Soviet, perang dingin tersebut berlangsung hingga hari ini.

Terlebih lagi ketika konflik antara Rusia dengan Ukraina meledak dan Amerika Serikat turut ikut campur didalamnya.

Baca Juga: Survei: Sejumlah Warga Inggris Siap untuk Menjaga Pengungsi Ukraina Lebih dari Setahun

Amerika Serikat mendukung Ukraina dengan memberi mereka senjata untuk melawan Rusia.

Belakangan ini militer AS mengumumkan pada hari Jumat 26 Agustus 2022 kemarin bahwa mereka akan meningkatkan kehadirannya di wilayah Arktik.

Dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari express.co.uk pada Sabtu 27 Agustus 2022, hal ini disebabkan meningkatnya kekhawatiran bahwa Rusia meningkatkan kehadiran militernya sendiri di wilayah tersebut.

Washington telah memutuskan untuk menunjuk seorang duta besar baru di kawasan itu untuk memajukan kepentingan AS.

Baca Juga: Cek Fakta, Rusia Diklaim Kirim Bom ke Ukraina 1 Hari usai Kunjungan Jokowi, Simak Faktanya

Menurut The Daily Mail, seorang juru bicara mengatakan bahwa Duta Besar akan bekerja dengan berbagai organisasi pemerintah dan non-pemerintah, termasuk kelompok adat.

“Duta Besar untuk wilayah Arktik akan memajukan kebijakan AS di Arktik."

"Seperti terlibat dengan rekan-rekan di negara-negara Arktik dan non-Arktik serta kelompok Pribumi."

"Mereka juga akan bekerja sama dengan pemangku kepentingan domestik, termasuk negara bagian, lokal, dan pemerintah suku, bisnis, lembaga akademis, organisasi nirlaba, lembaga pemerintah federal lainnya, dan Kongres.”

Baca Juga: Jerman Siap Suplai Kebutuhan Militer, Jadi Pengirim Senjata Paling Canggih ke Ukraina

Langkah ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran di Washington bahwa Rusia dan China mendapatkan akses ke aset strategis seperti saluran air dan wilayah yang sebagian terbantu oleh pemanasan global.

Diperkirakan ada 30 triliun Dollar AS sumber daya di bawah medan Arktik.

Pada saat yang sama Rusia telah membangun 13 pangkalan udara militer baru di wilayah tersebut, beberapa di antaranya di situs era Soviet.

Moskow juga meningkatkan patroli yang dilakukan oleh pencegat Mig-31BM Foxhound dan pembom Tu-22M3 yang diluncurkan dari pangkalan-pangkalan ini.

Baca Juga: Putin Sampaikan 4 Hal Penting Berikut ke Jokowi, dari IKN, Ukraina, hingga Nuklir

Dalam beberapa tahun terakhir mereka juga telah mengembangkan sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 dan jarak menengah SA-17.

NATO telah menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya pengaruh militer Rusia di Kutub Utara.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg melakukan perjalanan ke Arktik Kanada pada minggu ini untuk menilai pertahanan Ottawa terhadap kemungkinan serangan dari Moskow.

Stoltenberg mengunjungi stasiun radar Sistem Peringatan Utara di Teluk Cambridge, Nunavut.

Baca Juga: Jokowi: Presiden Putin Jamin Jalur Ekspor Produk Pangan Ukraina

Pangkalan itu akan dimodernisasi sebagai bagian dari perbaikan NORAD, sistem pertahanan udara Amerika Utara.

Stoltenberg memperingatkan bahwa Kutub Utara akan menjadi "jalan terpendek" untuk serangan Rusia.

“Jalur terpendek ke Amerika Utara untuk rudal atau pembom Rusia adalah melalui Kutub Utara," ungkap Stoltenberg.

“Ini membuat peran NORAD menjadi vital bagi Amerika Utara dan NATO.”

Stoltenberg juga mengeluarkan peringatan tentang niat Presiden Rusia Vladimir Putin di wilayah tersebut.

“Kemampuan Rusia untuk mengganggu bala bantuan Sekutu melintasi Atlantik Utara adalah tantangan strategis bagi NATO," tutup Stoltenberg.***

Editor: Nicolaus Ade Prasetyo

Sumber: Daily Mail express.co.uk


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x