Hari Perempuan Sedunia, Peneliti: Masih Ada Ekploitasi Buruh Perempuan di Indonesia

9 Maret 2022, 14:34 WIB
Ilustrasi buruh perempuan yang, menurut peneliti, terkena eksploitasi. /Pixabay/StockSnap

PR BEKASI – Peneliti bernama Annisa R Beta menyinggung seputar isu eksploitasi buruh perempuan di tahun 2022.

Isu eksploitasi buruh perempuan ini tentu menjadi ironi mengingat saat ini atau 8 Maret 2022 adalah momen Hari Perempuan Sedunia.

Annisa R Beta adalah peneliti di Universitas Melbourne yang melakukan penelitian di industri mode muslim di Indonesia.

“Sosok perempuan menjadi ujung tombak suksesnya bisnis fesyen Indonesia.

Baca Juga: Kumpulan Link Twibbon Supersemar 11 Maret, Bisa Diunggah di Medsos

“Namun, penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa di balik kilau bisnis mode Muslim di Indonesia, terdapat praktik eksploitasi buruh perempuan,” ujar Annisa.

Sejak 2009 lalu kala dipimpin Presiden SBY, Indonesia memang sudah bertekad menjadi kiblat mode muslim dunia.

Pemerintah dan Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC) dan Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) menggelar acara rutin.

“Menariknya, figur publik yang paling sering dikaitkan dengan suksesnya industri fashion Islami adalah perempuan pengusaha Muslim muda.

Baca Juga: Misteri One Piece 1043: Oda Sudah Beri Petunjuk, Luffy Ternyata Adalah Sun God Nika

“Nama-nama besar seperti Dian Pelangi dan Ria Miranda yang mencuat di tahun 2010-an mewakili ambisi Indonesia menjadi pusat mode Muslim dengan mengadakan peragaan busana di Eropa, Amerika, dan negara-negara Timur Tengah,” kata Annisa.

Annisa menyatakan sektor ekonomi kreatif Indonesia mengalami perbaikan berkat semakin banyaknya perempuan musim muda yang menjadi terkenal.

“Akan tetapi, kita perlu bertanya: Kenapa daya tarik industri fesyen Muslim cenderung berpusat di para desainer dan tidak secara adil mempertimbangkan nasib dan kualitas hidup para pekerjanya?” tuturnya.

Peneliti tersebut menyatakan perempuan yang menjadi pekerja di industri kreatif di Indonesia hanya diberi penghasilan Rp500 ribu per bulan.

Baca Juga: Pesawat Rusia Dilarang Melintasi Wilayah Udara Inggris, Kru dan Penumpang Terancam Ditangkap dan Ditahan

“Angka ini jauh di bawah rata-rata upah buruh lepas yang mencapai hampir Rp 1,4 juta per bulan,” ujar Annisa dikutip Pikiran-rakyat.Bekasi.com dari laman The Conversation.

“Artinya, ada ketimpangan di antara kesuksesan yang diwakili desainer perempuan Muslim ternama dengan kenyataan nasib kerja buruh jahit dan konveksi,” katanya.

Annisa menekankan tentang pentingnya wiraswasta etis yakni tetap memperhatikan kesejahteraan para pekerja.

Baca Juga: Spoiler One Piece 1043: Zunisha dan Momonosuke Kaget, Benarkah Luffy Berubah Jadi Joy Boy?

“Baik pembentukan lapangan kerja melalui wirausaha dan kesejahteraan buruh, utamanya buruh perempuan, merupakan bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs) yang harus dikejar negara-negara pada tahun 2030.

“Jika pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat mode Muslim, sudah semestinya buruh konveksi rumahan turut menjadi perhatian pemerintah dalam pengembangan bisnis fesyen dan mendapatkan perlindungan dan jaring pengaman,” ujarnya.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: The Conversation

Tags

Terkini

Terpopuler