"Islam itu utuh, total. Tidak bisa dilakukan departementalisasi ini politik, itu ekonomi, ini kehidupan di masjid, itu kehidupan bisnis, ini profan, itu sakral," ucap Amien Rais.
Jika seorang mukmin meninggalkan Al-Quran, lanjut Amien, maka orang tersebut terbelah identitasnya menjadi sekular.
Baca Juga: Heran dengan Temuan Bu Risma, Wagub DKI: Baru Dengar Ada Tunawisma Di Jalan Sudirman-Thamrin
"Kalau kita tidak mengikuti Al-Quran, kita menjadi split personality. Jadi, suatu saat kita megang Al-Quran, di saat lain kita jadi sekular. Kita tiba-tiba jadi pengikut situasional morality," ujar Amien Rais.
Amien menilai, seorang politisi mukmin yang menjaga Al-Quran tidak akan ugal-ugalan mengumbar syahwat untuk berkuasa.
"Kalau orang mukmin pegang Al-Quran itu jadi sebetulnya sudah selesai. Artinya sebagai politisi, dia bukan lantas jadi power hungry. Dia menjadi ugal-ugalan, syahwatnya diumbar, lantas semua dilangkahi tidak ada hukum," kata Amien Rais.
Baca Juga: Menilai Surat Kapolri ke Jokowi, Pengamat: Idham Azis Bukanlah Sosok Pencari Jabatan
Selain itu, Amien Rais mengungkap bahwa politisi yang meninggalkan Al-Quran dengan kata lain telah sekular dan bahkan atheis.
"Kalau kita sekuler atau atheis semua jadi permisif, semua jadi OK, tidak ada resiko apapun. Silakan, tapi tentu akan berakhir pada kehancuran," tutur Amien Rais.
Penilaian tersebut Amien sebutkan mengingat peristiwa penembakan enam laskar FPI dengan polisi di tol Jakarta-Cikampek beberapa waktu lalu.