Isu Gempa Megathrust di Pantai Selatan Jawa Buat Ketar-ketir, BMKG: Warga Harus Tingkatkan Literasi

- 27 September 2020, 15:33 WIB
Papan petunjuk jalur evakuasi bencana tsunami di Kawasan Pantai Pasir Putih, Pangandaran, Jawa Barat.
Papan petunjuk jalur evakuasi bencana tsunami di Kawasan Pantai Pasir Putih, Pangandaran, Jawa Barat. /Antara/Heru Salim

PR BEKASI - Masyarakat Indonesia diimbau untuk mengakhiri kepanikan terkait informasi mengenai potensi gempa megathrust yang mengancam selatan pulau Jawa, berdasarkan hasil riset peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
 
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta pada Minggu, 27 September 2020.
 
Dirinya mengajak masyarakat untuk tidak menyimpulkan secara setengah-setengah hasil riset tersebut sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang jelas.
 
"Kami berharap masyarakat terus meningkatkan literasi, selanjutnya tidak mudah kagetan setiap ada informasi potensi bencana," katanya.

Baca Juga: Buat Kaget Warganet karena Tidak Terdengar Hamil, Titi Radjo Bintang Lahirkan Anak Kedua

Dia berpendapat, kecemasan dan kepanikan publik yang muncul menyusul peredaran informasi mengenai potensi gempa megathrust kemungkinan terjadi karena adanya kesalahpahaman.
 
Informasi mengenai potensi gempa berdasarkan pemodelan yang dibuat para ahli sebenarnya ditujukan sebagai acuan mitigasi.
 
Tetapi sebagian warga kurang tepat dalam memahami, menganggapnya sebagai potensi bencana yang akan terjadi dalam waktu dekat.
 
"Ini masalah sains komunikasi yang masih terus saja terjadi, hingga saat ini masih ada gap atau jurang pemisah antara kalangan para ahli dengan konsep ilmiahnya dan masyarakat yang memiliki latar belakang dan tingkat pengetahuan yang sangat beragam," katanya.

Baca Juga: Berlakukan Lockdown Kedua, Ribuan Warga Israel Marah dan Minta Benjamin Netanyahu untuk Mundur

"Kasus semacam ini tampaknya masih akan terus berulang dan pastinya harus diperbaiki dan akhiri," ia menambahkan.
 
Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs berita Antara, ia mengemukakan bahwa kepanikan masyarakat akibat informasi mengenai potensi gempa megathrust sering berulang setelah tsunami melanda Aceh tahun 2004.
 
Kegaduhan sering muncul setiap kali para ahli menyampaikan pandangan mengenai potensi gempa dan tsunami dan media tidak utuh dalam menyajikannya sehingga menimbulkan salah persepsi di kalangan masyarakat. 
 
"Masyarakat juga jangan mudah terpancing dengan judul berita dari media yang dengan bombastis memberitakan potensi bencana," kata Daryono. Ia juga membagikan dua berita dari media daring.

Baca Juga: Dapat Dukungan dari Partai Gelora, Bobby Nasution: Terima Kasih Bang Fahri Hamzah!

Ia menjelaskan bahwa zona megathrust sebenarnya sekedar istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal. 
 
Seluruh aktivitas gempa yang bersumber di zona megathrust disebut sebagai gempa megathrust dan gempa megathrust tidak selalu berkekuatan besar.
 
Hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa digunakan untuk memprediksi kapan dan di mana gempa akan terjadi dan seberapa besar kekuatannya.
 
Sebelumnya, hasil riset dari ITB menyebutkan kemungkinan potensi tsunami hingga 20 meter di pesisir selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur,

Hasil penelitian tersebut membuat heboh media sosial dan malah memicu kepanikan sekaligus keresahan pada para pembaca.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x