PR BEKASI - Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Luqman Hakim ikut menyoroti peristiwa serangan yang terjadi di sebuah Gereja di Kota Nice, Prancis pada Kamis, 29 Oktober 2020.
Seperti yang diketahui, peristiwa tersebut mengakibatkan 3 orang tewas dan beberapa orang lainnya luka-luka.
Pelaku kejahatan tersebut mengaku ingin membalas perbuatan Samuel Paty yang telah memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya di kelas.
Akibatnya, banyak pihak yang menuding bahwa peristiwa serangan itu merupakan tindakan teroris Islam.
Baca Juga: Harga Vaksin Covid-19 di Indonesia Mahal, Fadli Zon: Ada Bisnis dan Mungkin Saja Ada Makelar Vaksin
Menanggapi hal tersebut, Luqman Hakim pun mempertanyakan kenapa peristiwa serangan di Gereja disebut serangan teroris Islam, tapi serangan di Masjid Selandia Baru pada 2019 lalu hanya disebut serangan teroris saja, tanpa label agama tertentu.
"Serangan yang menewaskan 3 jamaah Gereja di Prancis dikutuk dunia sebagai serangan teroris Islam. Pelaku penembakan biadab yang tewaskan 51 umat Islam di Masjid Selandia Baru (2019) dihukum dengan dakwaan terorisme. Dunia mengutuk sebagai serangan TERORIS. (TITIK) tanpa label agama tertentu," tulis Luqman Hakim di Twitter, Sabtu, 31 Oktober 2020.
Padahal menurutnya, kedua serangan biadab itu tidak diajarkan agama apa pun.
"Islam, Kristen, Katolik, Konghucu, dan semua agama tidak ajarkan tindakan teroris. Ekstremisme tidak punya agama. Kenapa kalau pelaku beragama Islam disebut teroris Islam? Kalau pelaku non-muslim, kenapa tidak disebut agamanya?," tulisnya lagi.
Editor: M Bayu Pratama