Diduga Salahi Aturan Financial Fair Play (FFP), La Liga Laporkan PSG dan Man City ke UEFA

17 Juni 2022, 06:12 WIB
Ilustrasi bola /pixabay /PIXABAY/annros

PR BEKASI – Dalam drama transfer antara PSG dan Man City selalu menuai kritikan karena selalu dianggap menyalahi aturan Financial Fair Play (FFP).

Tahun lalu terjadi kepada Man City yang dikabarkan melakukan penggelembungan dana sponsor. Dan PSG sering menuai kritikan untuk pemberian gaji yang dirasa terlalu tinggi untuk para pemain.

Dilansir PikiranRakyat-Bekasi.com dari Mirror.co.uk, La Liga telah melaporkan Manchester City dan Paris Saint Germain ke UEFA setelah menuduh klub melanggar aturan Financial Fair Play.

Presiden La Liga Javier Tebas kini melaporkan klub Liga Premier tersebut setelah mengklaim aturan pengeluaran dan keuangan mereka di luar kendali.

Sementara Real Madrid melewatkan Kylian Mbappe yang telah menandatangani kontrak tiga tahun dengan nilai yang tinggi yaitu £200m.

Baca Juga: La Liga Tolak Impian Dani Alves Kembali ke Barcelona, Akankah Pupus?

La Liga dalam sebuah pernyataan telah mengatakan: “La Liga memahami bahwa pembiayaan tidak teratur dari klub-klub ini dilakukan, baik melalui suntikan uang langsung atau melalui sponsor dan kontrak lain yang tidak sesuai dengan kondisi pasar atau tidak masuk akal secara ekonomi.”

“La Liga menganggap bahwa praktik-praktik ini mengubah ekosistem dan keberlanjutan sepak bola, merugikan semua klub dan liga Eropa, dan hanya berfungsi untuk menggelembungkan pasar secara artifisial, dengan uang yang tidak dihasilkan dari sepak bola itu sendiri.”

Manchester City dan PSG keduanya telah dihubungi untuk dimintai komentar dan sebelumnya dengan keras membantah melakukan kesalahan.

Pada Juli 2020, Pengadilan Arbitrase Olahraga membatalkan larangan dua tahun Liga Champions yang dijatuhkan kepada City oleh UEFA karena pelanggaran Financial Fair Play.

Baca Juga: Bos Real Madrid Dituding Jadi Biang Perginya Messi, Presiden La Liga: Dia Saat Ini Menyandera Barcelona

UEFA memang memiliki kekuatan untuk mengambil tindakan terhadap klub yang melanggar aturan FFP tetapi telah melonggarkan aturan pengeluaran mereka saat ini setelah Covid, meningkatkan jumlah kerugian yang bisa mereka tanggung selama tiga tahun dari £25 juta menjadi £50 juta dan akan memberi kelonggaran tambahan £10 juta jika mereka berada dalam kesehatan keuangan yang baik.

Ada juga rasa frustrasi di dalam klub-klub Liga Premier tentang ledakan terus-menerus Tebas ketika Ousmane Dembele bergabung dengan Barcelona seharga £118 juta tetapi kontraknya telah berakhir dan dia dapat pergi secara gratis.

Philippe Countinho menghabiskan biaya £120 namun juga menjadi bencana bagi Barcelona yang sekarang terjebak dengan harus menjual pemain tersebut sebelum mereka menandatangani pemain baru setelah menghabiskan uang diluar kemampuan mereka sehingga berhutang dengan jumlah ratusan juta pounds.

Sistem hukum Spanyol juga melarang Barcelona dan Real Madrid karena memiliki keringanan pajak yang dianggap ilegal dan pernyataan Tebas dipandang oleh beberapa klub Inggris sebagai kemunafikan.

Baca Juga: Barcelona Resmi Akhiri Hubungan Kerja Sama dengan Lionel Messi, Aturan La Liga Jadi Masalah

“Perbedaan besar dan apa yang membuat liga kami berkelanjutan secara finansial adalah kontrol keuangan kami, yang berbeda dengan UEFA atau di negara lain di mana mereka tidak ada. Jelas, ada kerugian dengan pandemi, tetapi itu bukan kerugian yang menyebabkan pemain atau Agen Pajak tidak dibayar," tutur Tebas.

“Klub, baik karena mereka memiliki modal atau karena mereka memiliki kapasitas untuk mengambil utang, telah berhasil melewatinya. Itu menunjukkan kekuatan kompetisi kami," lanjutnya.***

 

Editor: Nicolaus Ade Prasetyo

Sumber: mirror.co.uk

Tags

Terkini

Terpopuler