Menurut Greysia Polli, respons pertama BWF itu sangat tidak adil dan terkesan diskriminatif, karena tiba-tiba saja memutuskan bahwa Tim Indonesia harus keluar, tanpa adanya komunikasi dua arah.
"Jadi first response mereka itu sangat tidak adil dan diskriminatif, bayangkan kita lagi latihan di hall dan lagi pertandingan, tiba-tiba harus pulang saat itu juga, karena disangka-sangka kita jadi yang suspected," kata Greysia Polii.
"Memang setelah diterima email dari NHS, kita jadi suspected Covid-19, tapi caranya itu dan perlakuan pertama kalinya itu yang membuat kita bingung. Kok kayak gini ya penyelenggara, jadi gak ada komunikasi dua arah, dan langsung memutuskan sendiri aja BWF-nya," sambungnya.
Meski demikian, Greysia Polii mengaku lega saat akhirnya bisa kembali ke Tanah Air, apalagi dia dan atlet lainnya mendapat sambutan yang luar biasa dari pemerintah Indonesia.
"Lega, leganya itu setengah-setengah. Karena waktu kita disambut begitu luar biasanya sama pemerintah Indonesia, dari Dubes, Menlu, dan Menpora. Itu kita sangat mengapresiasi dan merasa sangat bangga, dan merasa sangat dihargai," kata Greysia Polii.
Namun, Greysia Polii juga mengungkapkan bahwa di saat yang sama ada semacam perasaan yang campur aduk, karena mereka pulang disambut dengan luar biasa tanpa membawa pulang gelar juara.
"Tapi di waktu yang sama, saya merasa kita pulang kali ini tanpa juara, jadi kita merasa mix feeling. Jadi, next time kita harus pulang dengan juara dan disambut seperti ini lagi. Kita pulang melebihi juara disambutnya, dan itu membuat saya sangat mengapresiasi negara ini," kata Greysia Polii.***