Penelitian Terbaru: Virus Corona Bisa Pengaruhi Kesuburan dan Serang Sel Sperma Pria

4 Juni 2020, 20:29 WIB
ILUSTRASI covid-19 atau virus corona yang bermutasi.* /AFP/

PR BEKASI – Para peneliti dari Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) menemukan virus corona bisa menyebabkan kerusakan pada testis.

Mereka menamukan bahwa virus itu dapat memperbesar dan menyerang sel yang menghasilkan sperma. Kemungkinan dengan cara mengikat enzim pada permukaan sel.

Namun para peneliti mengatakan hampir tidak ada gen virus yang ditemukan di dalam air mani dan jaringan testis sampel pasien.

Baca Juga: Susul Twitter, Kini Giliran Snapchat Hapus Akun Donald Trump 

Hal ini menunjukkan bahwa virus Corona yang menyerang testis bukan infeksi menular seksual.

"Donasi sperma dan rencana kehamilan sebaiknya dipertimbangkan selama pemulihan untuk pasien COVID-19," kata para peneliti dalam makalah peer-review yang diterbitkan dalam European Urology Focus pada Minggu,.

Dilansir dari South China Morning Post oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Kamis, 4 Juni 2020, sejak pertama kali virus corona dilaporkan di Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun lalu memang ada perdebatan apakah virus Corona berdampak pada kesuburan pria.

Beberapa penelitian menemukan kelainan hormon pada pria pengidap virus Corona COVID-19 tetapi dalam penelitian lain tidak ada jejak virus yang ditemukan pada sampel sperma pasien.

Baca Juga: Hadiri Pertemuan Virtual, Anggota Parlemen Eropa Viral Saat 'Ketahuan' Hanya Kenakan Pakaian Dalam 

Menurut sebuah penelitian sebelumnya di Tiongkok, sekitar satu dari lima pria melaporkan ada ketidaknyamanan skrotum (bagian pelindung testis) setelah tertular virus corona.

Selain itu, menurut laporan American Journal of Emergency Medicine, di AS terdapat kasus seorang pria berusia 42 tahun yang mencari perawatan darurat karena merasakan rasa sakit yang terus-menerus di pangkal pahanya dan kemudian dinyatakan terinfeksi virus corona.

Dalam studi terbaru, sampel 11 pasien yang meninggal karena COVID-19 di Wuhan dianalisis oleh tim yang dipimpin oleh Ming Zhou, seorang profesor di Tufts Medical Center di Boston, dan Dr Nie Xiu, dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Wuhan.

Mereka menguji gen virus di jaringan yang terlibat dalam produksi sperma dan testosteron. Beberapa sampel juga dinilai mengalami kerusakan oleh virus.

Baca Juga: Dikritik Maskapai Soal Syarat Tes PCR Lebih Mahal dari Harga Tiket Pesawat, Doni Monardo Buka Suara

Tetapi hanya satu sampel yang menunjukkan jejak virus, yaitu dari pasien dengan viral load yang tinggi. Peneliti menduga virus itu berada dalam darah bukan di jaringan testis.

Meski begitu lebih dari 80 persen sampel menunjukkan kerusakan signifikan pada tubulus seminiferus yaitu bagian testis yang memproduksi sperma.

Sel-sel yang membentuk tabung kecil ini mengalami perubahan balon, menjadi jauh lebih besar dari sel yang sehat.

Menurut para peneliti, beberapa yang lain juga rusak hingga produksi sperma bisa terpengaruh.

Baca Juga: Sambut Nnew Normal, Jokowi Targetkan Tes COVID-19 Capai 20 Ribu Per Hari 

Mereka mengatakan bahwa tidak diketahui bagaimana virus merusaknya tanpa memasuki sel testis. Yang pasti, testis mengandung enzim ACE2, yang dapat diikat oleh virus Corona menggunakan protein spike.

"Kami berspekulasi protein membran virus, seperti protein lonjakan, dapat berperan dalam cedera," tulis European Urology Focus.

Zhang Zhuye, peneliti dari Pusat Klinik Kesehatan Masyarakat Shanghai di Universitas Fudan yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan tidak ada bukti ilmiah langsung untuk teori bahwa virus menyebabkan kerusakan tanpa benar-benar memasuki sel.

"Sejumlah strain virus dapat mengikat dengan ACE2 dan dapat mempengaruhi fungsi normalnya. Ini dapat menyebabkan kerusakan sel tipe tertentu, yang tergantung pada enzim," kata Zhang.

Baca Juga: Cegat Jenazah Ibunya yang PDP Corona, Seorang Perempuan Nekat Naik Kap Mobil Sambil Nangis Histeris 

Dia menambahkan, kerusakan yang ditemukan dalam sampel penelitian juga bisa disebabkan kerusakan sistem kekebalan tubuh.

Beberapa pasien COVID-19 yang kritis menderita kegagalan multiorgan dan penelitian sebelumnya telah menyarankan bahwa ini disebabkan oleh reaksi berlebihan dari sistem kekebalan yang merusak.

Berdasarkan temuan mereka, Tim Zhou menyimpulkan penelitian harus dilanjutkan untuk menemukan cara mengurangi risiko cedera testis selama perjalanan penyakit COVID-19.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: South China Morning Post

Tags

Terkini

Terpopuler