Terungkap, Kenapa Kita Jarang Melihat Kunang-kunang

- 25 Februari 2020, 15:51 WIB
WARGA menikmati matahari terbenam (sunset) pada hari terakhir tahun 2018 di pantai Lampuuk, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Senin, 31 Desember 2018.*/ANTARA
WARGA menikmati matahari terbenam (sunset) pada hari terakhir tahun 2018 di pantai Lampuuk, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Senin, 31 Desember 2018.*/ANTARA /

PIKIRAN RAKYAT - Melihat kunang-kunang yang bercahaya di langit malam adalah pengalaman yang tak terlupakan.

Sayangnya, disadari atau tidak, kini masyarakat perkotaan jarang sekali bertemu dengan cahaya kunang-kunang.

Salah satu penyebab utama hilangnya kunang-kunang adalah polusi cahaya.

Baca Juga: Terus Tunjukan Penampilan yang Stabil, Liverpool di Ambang Pecahkan Banyak Rekor

Dikutip dari The Guardian oleh pikiranrakyat-bekasi.com, polusi cahaya adalah bentuk polusi yang terjadi ketika suatu tempat memancarkan terlalu banyak cahaya atau cahaya yang terlalu terang.

Polusi cahaya muncul dalam berbagai bentuk, di antaranya lampu jalan yang terlalu terang, lampu mobil, lampu bangunan, cahaya ruangan, dan berbagai sumber cahaya lainnya yang memenuhi langit malam perkotaan.

Meski manusia di perkotaan sudah terbiasa dengan banyaknya cahaya, polusi cahaya berdampak besar pada banyak hewan-hewan nokturnal (hewan malam), utamanya kunang-kunang.

Baca Juga: Trump Datangi India, New Delhi Terbelah Dua

Sebagaimana dinyatakan oleh berbagai ahli biologi, kunang-kunang tidak hanya memancarkan cahaya, namun juga sangat terpengaruh olehnya.

Cahaya dari berbagai lampu malam menyebabkan kunang-kunang tak bisa mengetahui waktu dan posisinya.

Cahaya yang terlalu terang menyebabkan kunang-kunang tak bisa melihat beberapa hal, di antaranya siput kecil yang jadi makanannya.

Baca Juga: Banjir Akibatkan Akses ke Sekolah Terputus, 159 Sekolah di Jakarta Diliburkan

Proses reproduksi kunang-kunang juga akan terganggu dengan adanya cahaya buatan manusia, utamanya untuk spesies kunang-kunang yang mengandalkan cahaya tubuhnya dalam proses reproduksi.

Salah satu spesies kunang-kunang yang terpengaruh proses reproduksinya adalah kunang-kunang Inggris yang diteliti oleh Alan Stewart, peneliti dari University of Sussex.

Dalam risetnya, tertulis bahwa kunang-kunang jantan yang tertarik pada kunang-kunang betina yang memancarkan cahaya hijau akan terganggu reproduksinya saat cahaya biru dari lampu LED manusia memasuki mata mereka.

Baca Juga: Tidak Perlu Bersedih, Jasa Layanan Peluk di Bekasi akan Segera Hadir meski Menuai Pro Kontra

Cahaya terang ciptaan manusia juga dapat membutakan kunang-kunang.

Kunang-kunang terbiasa dengan kegelapan malam, dan polusi cahaya yang diciptakan oleh manusia membuat proses reproduksi, adaptasi, dan kehidupan mereka terganggu.

Selain akibat polusi cahaya, kunang-kunang juga mulai menghilang dari dunia akibat pengrusakan habitat alami dan penggunaan pestisida berlebih.

Baca Juga: Alami Banjir Jakarta Hari ini, Direktur Charta Politika: Silahkan Lanjutkan Tiktoknya, Pak Anies

Tidak seperti spesies-spesies hewan yang mudah beradaptasi dengan lingkungannya, kunang-kunang membutuhkan ekosistem tertentu untuk bertahan hidup.

Salah satu spesies kunang-kunang di Asia Tenggara hidup di pohon bakau yang melingkupi area sungai.

Pejantan spesies itu menggunakan cahayanya di malam hari untuk menarik betina di sekitar pohon bakau, dan beberapa spesies lainnya bahkan memperlihatkan koordinasi cahaya yang menarik untuk dilihat.

Baca Juga: 5 Makanan yang Harus Dibatasi Konsumsinya untuk Mencegah Kanker Payudara

Spesies kunang-kunang seperti itu hanya dapat hidup di daerah sungai karena mereka harus menanamkan telurnya di lumpur tepian sungai.

Masalahnya, pengrusakan sungai dan penggantian lumpur tepi sungai dengan semen dan beton menjadikan sebagian kunang-kunang kehilangan habitatnya.

Beberapa spesies kunang-kunang tidak bisa terbang jauh, dan beberapa lainnya bahkan tidak terbang sama sekali.

Baca Juga: Unggah Foto USG, Kesha Ratuliu Tegar Hadapi Sakitnya hingga Ajak Netizen Lakukan Pencegahan Dini

Jika ekosistem kunang-kunang itu dirusak, maka sangat sulit agar mereka tetap bertahan di ekosistem barunya.

Pestisida juga menjadi masalah kunang-kunang karena kunang-kunang adalah pemangsa hewan-hewan yang lebih kecil, seperti siput kecil.

Hewan-hewan seperti siput kecil yang biasa hidup di dekat taman buatan manusia akan terpapar pestisida.

Baca Juga: Manfaat dan Bahaya Saat Berlebihan Konsumsi Makanan Pedas, Simak Penjelasannya

Jika larva kunang-kunang memakan siput yang terpapar pestisida, pestisida itu akan masuk ke tubuh kunang-kunang dan membunuhnya.

Dengan hadirnya informasi ini, diharapkan bahwa manusia harus lebih hati-hati dalam mengelola lingkungan, agar tidak mengganggu kehidupan hewan-hewan lain di sekitarnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x