Prof Tabib-Azar menyampaikan untaian DNA dalam virus nantinya mengikat protein pada sensor, yang pada gilirannya akan menciptakan hambatan listrik dan memicu hasil positif atau negatif pada aplikasi.
Sensor akan berubah warna atau secara visual menunjukkan keberadaan virus corona sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang.
Setelah tes selesai, sampel dapat dihancurkan menggunakan arus listrik. Sehingga sensor bisa tetap steril dan bisa untuk digunakan kembali untuk tes lain.
Baca Juga: Bayi Terkuat Ditemukan, Bisa Berdiri Sendiri pada Usia 4 Bulan
Prof Tabib-Azar mengungkapkan, "Pada prinsipnya, kita bisa meletakkan perangkat yang dimiliki semua orang, dengan begitu kita akan memproduksinya dalam skala besar dengan biaya murah."
Aplikasi ini diharapkan siap untuk uji klinis minggu keempat pada Juli, dan dapat digunakan pada Agustus.
Skenario lain, hasil tes positif para pengguna juga bisa langsung dikirim ke otoritas kesehatan. Sehingga pemerintah bisa langsung melacak jumlah pasien positif Virus Corona.***