Apa Itu Qunutan dan Lilikuran? Tradisi yang Biasa Dilakukan Jelang Malam Lailatul Qadar

- 19 April 2022, 12:36 WIB
Mengenal Qunutan dan Lilikuan jelang malam Lailatul Qadar.
Mengenal Qunutan dan Lilikuan jelang malam Lailatul Qadar. /Pixabay/john1cse/

PR BEKASI - Menyambut malam Lailatul Qadar, ada beberapa tradisi yang biasa dilakukan masyarakat di Indonesia.

Ada dua tradisi yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa Barat jelang malam Lailatul Qadar.

Dua tradisi yang biasa dilakukan jelang malam Lailatul Qadar adalah Qunutan dan Lilukuran.

Baca Juga: Personel Gabungan Disiapkan untuk Amankan Arus Mudik Lebaran 2022

Lilikuran biasanya diisi dengan saling mengantar makanan sedangkan Qunutan doa Qunut yang dibaca pada rakaat terakhir salat witir yang dimulai sejak hari ke 15.

Kedua tradisi ini biasanya dilakukan di sebagaian desa di Jawa Barat.

Lalu apa Qunutan dan Lilikuran?

Berikut penjelasan Qunutan dan Lilikuran sebagaimana dimuat dalam artikel yang diterbitkan Mantra Pandeglang dengan judul "Serba Serbi Ramadhan 2022: Mengenal Qunutan dan Lilikuran, Tradisi Ramadhan Jelang Malam Lailatul Qadar,".

Baca Juga: One Piece 1047, Terungkap Peran Garp Kakek Luffy dalam Karier Koby di Angkatan Laut

Istilah Qunutan berasal dari Doa Qunut yang dibawa pada rakaat terakhir salat witir yang biasanya dimulai sejak hari ke 15 sampai akhir bulan Ramadan.

Ada juga yang mengatakan Qunutan adalah sarana dakwah dan memakmurkan masjid ataupun mushola dengan cara berkumpul dan berdoa bersama-sama.

Biasanya, masyarakat akan membuat ketupat, sayur opor dan makanan lainnya untuk dibawa ke Masjid dam berdoa bersama, baik usai shalat Maghrib atau usai salat tarawih.

Baca Juga: Mengenal Anggota Akatsuki yang Mampu Berubah Menjadi Hiu Seperti Kisame Hoshigaki

Dari sudut pandang tradisi sekaligus strategi dakwah, Qunutan bearti memakmurkan masjid bagi masyarakat adalah ngariung di masjid, bersodaqoh aneka makanan, atau lazimnya ketupat sayur yang sangat lezat dimakan bersama setelah taraweh di pertengahan bulan Ramadhan

Usai Qunutan, masyarakat Banten biasanya akan melaksanakan Lilikuran yang dilakukan setiap malam ganjil Ramadhan. Likikuran merupakan sebuah tradisi budaya sekaligus religius (agama) yang syarat dengan makna.

Lilikuran pun mirip dengan Qunutan, namun tidak membuat ketupat, hanya kue dan panganan ringan yang dibawa masyarakat ke Masjid kemudian berdoa bersama-sama.

Baca Juga: One Piece 1047, Kabur dari Im Sama, Vivi Bergabung Kembali dengan Bajak Laut Topi Jerami

Poe Lilikuran akan terus berlanjut hingga akhir Ramadhan dan akan semakin meriah di 10 hari terakhir Ramadhan, di mana malam Lailatul Qodar akan dicari oleh umat Muslim di dunia, termasuk di Banten.

Namun lilikuran bukan hanya sekedar di daerah Jawa Barat saja. Seperti di Jawa misalnya, malam lilikuran disebut malem selikuran atau malam ke-21

Pada umunya masyarakat jawa memperingati malam selikuran dengan berbagai ragam tradisi. Bahkan tradisi ini dirayakan cukup meriah dengan mengarak tumpeng, khusus di Keraton Solo. Sementara di masyarakat Betawi disebut malam ketupat.

Baca Juga: Kejutan One Piece 1047, Awakening Buah Iblis Brook Lebih Mengerikan daripada Hito Hito no Mi Nika Milik Luffy

Malam kerupat biasanya dilakukan di tiap masjid dan mushala. Di beberapa wilayah, tradisi ini sudah dijalankan sejak pertengahan Ramadan (15 Ramadan).

Adapun tradisi di luar Jawa seperti Masyarakat Kota Ternate, Maluku Utara, menyambut malam Lailatul Qadar dengan menggelar tradisi Ela-ela. Ela-ela merupakan tradisi masyarakat Kota Ternate setiap malam 27 Ramadhan. Yaitu menyalakan obor.

Usai Qunutan dengan berdoa bersama, dilanjutkan setiap hitungan tanggal tertentu yang disebut lilikuran. Hal tersebut merupakan strategi dakwah memakmurkan masjid untuk menggapai lailatul qodar.

Baca Juga: Di Tengah Ketegangan, Pidato Paskah Paus Fransiskus Serukan Akses Seluasnya ke Yerusalem

Dengan begitu, maka masyarakat yang memakmurkan masjid atau mushola akan lebih ramai dengan mengaji hingga tiba waktu sahur.

Demikianlah informasi seputar tradisi Qunutan dan Lilikuran. Semoga artikel ini bermanfaat khususnya dalam menambah wawasan kita di bulan Ramadhan ini.***(Taufik Reza/Mantra Pandeglang)

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Mantra Pandeglang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah