PR BEKASI - Komika Arie Kriting kembali menyuarakan keberatannya terkait penujukkan Nagita Slavina sebagai ikon Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.
Arie Kriting mengatakan bahwa apa yang disampaikannya adalah aspirasi untuk memperjuangkan kehadiran perempuan Papua di acara-acara nasional yang digelar di Tanah Papua.
"Aspirasi kami adalah untuk memperjuangkan kehadiran perempuan Papua di event Nasional yang digelar di tanah mereka," kata Arief Kriting, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari unggahan Instagram @arie.kriting, Jumat, 4 Juni 2021.
"Baik sebagai ikon maupun duta, apa pun istilahnya, yang terutama adalah representasi itu ada," sambungnya.
Arie Kriting menilai, dengan menunjuk Perempuan Papua sebagai ikon atau duta acara-acara nasional yang digelar di Papua, maka hal itu bisa menghindarkan sikap Kultural Apropriasi.
Kultural Apropriasi adalah perbuatan yang mengambil atau menggunakan sesuatu dari sebuah budaya yang bukan milik sendiri, terutama tanpa menunjukkan bahwa pelakunya memahami atau menghargai budaya tersebut.
"Hal ini bisa menghindarkan bangsa kita dari sikap Kultural Apropriasi, karena tidak menghadirkan perempuan Papua dengan gambaran yang jelas," kata Arie Kriting.
Lebih lanjut, Arie Kriting menyebut bahwa banyak sekali perempuan-perempuan Papua yang bisa dijadikan ikon atu duta acara-acara di Papua.
"Pilihannya ada banyak kok, Nowela, Lisa Rumbewas, Putri Here, Monalisa Sembor, dan masih banyak lagi lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu," ujar Arie Kriting.
Arie Kriting pun menuturkan bahwa sebenarnya keresahanhan soal Kultural Apropriasi itu muncul dalam pikiran banyak orang.
Oleh karena itu, Arie Kriting berharap semua pihak bisa mendorong agar representasi perempuan Papua pada ajang nasional bisa terwujud.
"Keresahan ini sebenarnya hadir di dalam pikiran banyak orang. Semoga kita bisa sama-sama mendorong agar representasi perempuan Papua pada ajang yang diadakan di daerah mereka sendiri bisa terwujud. Mari menjadi bangsa yang menghormati perbedaan," tutur Arie Kriting.
Di unggahan yang lain, Arie Kriting menjelaskan bahwa dirinya sudah menonton klarifikasi dari pihak pelaksana PON XX Papua, tapi hanya soal duta dan ikon, dan tidak ada sedikitpun jawaban atas tindakan Kultural Apropriasi.
"Sebelum-sebelumnya tidak ada istilah ikon dalam PON di tempat lain. Apa yang membuat kalian merasa boleh melakukan hal ini pada orang Papua terutama perempuan Papua," kata Arie Kriting.
Arie Kriting pun kembali mengajak semua pihak agar mendukung dan memposisikan putra dan putri Papua di acara-acara yang digelar di tanah kelahiran mereka.
"Ayolah, kita posisikan mereka di panggung utama, lalu kita dukung sama-sama dari pinggir. Ini event digelar di Tanah Papua, mari tempatkan putra dan putri Papua sebagai penampil utama," kata Arie Kriting.
Terakhir, Arie Kriting mengatakan akan sangat enak jika melihat Indonesia juga turut memperlihatkan sisi cantik perempuan-perempuan Papua di acara-acara nasional.
"Kita support PON XX Papua bersama-sama yuk. Kan enak kalau melihat cantik itu dari perwakilan Papua juga. Duta PON XX Papua, Boaz dan perempuan Papua. Itu saja cukup. Tinggal kita support bersama-sana," kata Arie Kriting.***