Network
Kemudian, keputusan tersebut diambil melalui mekanisme voting yang diikuti 53 negara anggota.
Dari hasil voting, perolehan suaranya sebanyak 27 menyatakan dukungan dengan mengizinkan penggunaan ganja untuk tujuan medis. Sebanyak 25 suarta menyatakan kebeeratan, dan 1 abstain.
Usulan untuk menghapus ganja dari daftar obat paling berbahaya telah diusulkan selama 59 tahun terakhir.
Baca Juga: Covid-19 Tembus Rekor Baru, Puan 'Lagi-lagi' Minta Pemerintah Evaluasi Penanganan Pandemi
Sementara, pelonggaran tersebut bukan merupakan hal yang dadakan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun lalu, sudah menyinggung soal perlu diubahnya aturan distribusi ganja.
Di beberapa negara, ganja sudah dipakai untuk keperluan medis dan jangan sampai PBB menghalangi hal itu.
Selanjutnya, WHO menyampaikan agar ganja tetap bisa dipakai untuk medis, yang perlu diatur adalah batas maksimal kepemilikan dan penggunaan ganja.
Baca Juga: Kabar Gembira! Pembalap Indonesia Segera Kembali ke Moto2, Tapi Masih Ada Satu Hambatan
Selain ganja, narkotika-narkotika yang berada di dalam Schedule IV meliputi heroin, fentanil analog, candu, dan masih banyak lagi.
Salah satu yang kecewa dengan keputusan PBB itu ialah Singapura. Menurut mereka, keputusan pelonggaran tersebut tidak diikuti dengan alasan yang kuat.
