"Justru kamar, mendiang itu paling suka ada di dalam kamar. Karena kalau di luar, di ruang tamu, atau di meja makan, saya selalu biarkan udara tetap hangat, supaya sirkulasi udaranya lebih bagus. Nah dia agak gak suka kalau terlalu hangat," kata Teddy Syah.
Meski masih merasa berat untuk tinggal di rumahnya, Teddy Syah mengaku mulai mencoba untuk menghadapinya dan memberanikan diri untuk pulang dan kembali tinggal di rumah.
"Karena lamat laun harus kita hadapi, harus pulang. Waktu itu pulang tengah malam dari rumah Mama, ada lah dua malam yang lalu. Terus karena saya belum baca doa, jadi tengah malam saya yasinan di rumah, tapi minta temenin dulu sama si kakak," kata Teddy Syah.
Teddy Syah mengaku masih harus ada orang yang menemaninya untuk tinggal di rumah, karena selain kondisinya yang lemah, dia juga merasa rumahnya ikut berduka karena kepergian sang istri.
"Kondisi saya lagi lemah, masuk angin, darah rendah kumat, khawatir nanti pingsan. Karena ngerasain hawa itu (terasa beda), pertama kali saya masuk ke sana, waktu saya ambil baju, rumah aja berduka," ujar Teddy Syah.
Namun, selama dua malam terakhir ini, Teddy Syah mulai memberanikan diri untuk pulang dan tidur di kamarnya dulu.
"Jadi dua malam yang lalu harus beranikan diri tidur di sana. Ya, lumayan. Energi ibu rumah tangga itu tetap terasa. Saya gak berusaha mengingat-ngingat, tapi energi itu ketika kita salat itu terasa, merinding, bukan mencekam, tapi kayak ah gitu," tutur Teddy Syah.
"Tapi alhamdulillah setelah itu, malam kedua lebih nyenyak, waktu malam pertama masih celingak-celinguk," sambungnya.