Panduan Cara Pakai Oximeter yang Benar Selama Isolai Mandiri Menurut Dokter Spesialis Jantung

5 Juli 2021, 16:19 WIB
Oximeter jari atau pulse oximeter adalah alat untuk mendeteksi kadar oksigen di dalam darah alat wajib bagi pasien Covid-19 pada saat isolasi mandiri di rumah. Berikut panduan cara memakainya yang benar. /Pixabay/fernandozhiinaicela/Pixabay

PR BEKASI - Oximeter atau pulse oximeter adalah alat untuk mendeteksi kadar oksigen di dalam darah, alat ini penting untuk dimiliki pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri.

Namun ada beberapa hal yang perlu pasien Covid-19 tanpa gejala ataupun bergejala ringan perhatikan saat mengukur saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter selama menjalani isolasi mandiri di rumah.

Saat penggunaan oximeter, pasien Covid-19 harus memperhatikan posisi tubuh hingga kuku jari. Hal-hal ini agar pengukuran bisa menghasilkan angka yang akurat.

Baca Juga: Cek Fakta: Masyarakat Diimbau Miliki Oximeter untum Cegah Happy Hypoxia 'Mematikan' 

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Vito Anggarino Damay menyarankan pasien mengukur minimal sebanyak 3 kali.

"Minimal tiga kali. Pagi siang malam tidak ada jam yang ketat," ujarnya kepada Antara melalui pesan elektroniknya, Senin, 5 Juli 2021.

Menurut Vito, saat mengukur, sebaiknya posisikan tubuh dalam keadaan duduk dan kondisi pasien tenang atau rileks.

Kondisi pilek yang biasanya dialami sebagian pasien Covid-19 tidak akan mempengaruhi saturasi oksigen.

Baca Juga: Cara Pakai dan Baca Hasil Oximeter Jari, Alat Wajib Pasien Covid-19 Saat Isolasi Mandiri di Rumah

Pengukuran saturasi oksigen dilakukan untuk mendeteksi bila terjadi hypoxia atau kondisi tubuh kekurangan oksigen yang bisa dialami pasien Covid-19.

Dikutip dari laman WebMD, tanpa oksigen, organ-organ tubuh seperti otak, hati, dan lainnya bisa rusak hanya dalam beberapa menit usai gejala dimulai.

Kondisi ini biasanya ditandai dengan perubahan warna kulit yang menjadi biru atau merah ceri, pasien mengalami kebingungan, batuk, detak jantung cepat, napas cepat, bekeringat dingin, sesak napas, dan mengi.

Tetapi, tak semua pasien Covid-19 merasakan gejala atau keluhan ini, padahal kadar oksigen dalam darahnya sangat rendah.

Baca Juga: Media Asing Soroti Darurat Covid-19 Indonesia, Puluhan Pasien Meninggal di Tengah Kelangkaan Oksigen 

Ada kasus saat pasien merasa baik-baik saja padahal angka saturasi oksigennya di bawah rentang normal yakni 95-100 persen atau disebut happy hypoxia.

Di sisi lain, ada kondisi yang bisa mempengaruhi angka saturasi oksigen, salah satunya gambaran pneumonia di paru-paru.

Kondisi ini biasanya akan menurunkan angka saturasi oksigen. Oleh karena itu, sebelum pasien melakukan isolasi mandiri, sebaiknya lakukan dulu rontgen dada (foto x-ray).

"Kalau normal tidak ada tanda pneumonia viral barulah isolasi mandiri. Lebih baik lagi kalau dokter yang memutuskan boleh isolasi mandiri," kata dia.

Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Oksigen di Rumah Sakit, Pemprov DKI Jakarta Sediakan Posko Isi Ulang di Monas 

Selain pneumonia, penggumpalan darah juga bisa mempengaruhi angka saturasi oksigen pasien.

Kondisi ini terkadang bisa menyumbat di paru-paru dan lepas dengan sendirinya sehingga angka saturasi oksigen bisa naik turun.

Untuk mengetahui ada tidaknya penggumpalan darah, pemeriksaan D-Dimer pun direkomendasikan dokter.

Kembali mengenai pengukuran oximeter, dalam kesempatan berbeda, dokter spesialis penyakit dalam yang menjadi edukator hoaks Covid-19, RA Adaninggar melalui sebuah talkshow daring mengenai isolasi mandiri belum lama ini, mengingatkan pasien agar memastikan kondisi kukunya bersih dari cat kuku dan tidak panjang.

Baca Juga: Soroti Kelangkaan Pasokan Oksigen Akibat Covid-19, Media Asing Sebut Indonesia Telah Masuk Fase Kritis 

"Syaratnya tidak boleh pakai kuteks, bisa menghalangi sinar infrared-nya (di oximeter). Jadi harus kuku yang bersih dan jangan terlalu panjang. Kalau terlalu panjang nanti enggak sampai ke (alat). Jarinya boleh yang mana saja," ujarnya.

Kemudian, untuk memudahkan dalam pengukuran saturasi oksigen menggunakan oximeter, dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) yang juga Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India, Harsh Vardhan melalui laman Twitter-nya memberi panduan yang bisa pasien ikuti.

Pasien sebaiknya beristirahat dulu selama 10-15 menit sebelum melakukan pengukuran.

Setelah itu, letakkan tangan di dada dan tahan selama beberapa waktu.

Baca Juga: Iwan Fals Minta Penimbun Oksigen Culas Dihukum Maksimal: Itu Keserakahan di Masa Pandemi Covid-19 

Berikutnya, masukan jari tengah atau telunjuk ke dalam oximeter, tunggulah beberapa saat hingga pembacaan angka oximeter stabil. Kemudian, catatlah angka tertinggi yang muncul.

Lakukan pengukuran 3 kali sehari kecuali pasien merasa ada perubahan pada kesehatannya.

Segera berkonsultasi dengan tenaga medis bila terjadi sesak napas atau penurunan kadar oksigen hingga di bawah 95 persen.

Berusahalah menjaga kondisi agar tak panik sembari mengikuti saran dari tenaga medis.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler