Penelitian Ungkap 5 Obat yang Ampuh Sembuhkan Pasien Virus Corona

- 22 Maret 2020, 16:01 WIB
ILUSTRASI obat yang bermanfaat untuk menyembuhkan virus corona.*
ILUSTRASI obat yang bermanfaat untuk menyembuhkan virus corona.* /Pixabay/

PIKIRAN RAKYAT - Sejak pertama kali dideteksi pada akhir tahun 2019, vaksin virus corona jenis baru yang menimbulkan penyakit bernama COVID-19 ini masih belum ditemukan.

Para peneliti di berbagai belahan dunia telah melakukan studi lebih dalam terhadap virus tersebut, mereka mengembangkan vaksin dari berbagai virus sejenis seperti SARS dan MERS agar dapat menemukan obat bagi virus corona baru ini yang penyebarannya sungguh cepat.

Hingga kini, para ilmuwan telah menciptakan vaksi yang masih dalam tahap uji terhadap manusia sehingga para pasien masih harus menunggu sedikit lebih lama untuk mendapatkan obat virus tersebut.

Kendati demikian, para pasien juga dapat menggunakan obat alternatif untuk sementara yakni obat malaria, HIV, dan hipertensi. Ketiga penyakit tersebut memang tidak memiliki hubungan dengan virus corona, namun obat-obat itu cukup menjanjikan hasil positif.

Baca Juga: Ayo Makan Ubi Ungu, Mengandung Antosianin yang Bisa Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Lawan Virus Corona 

Dikutip oleh Pikiranrakyat-bekasi.com dari Los Angeles Times, berikut obat-obatan yang berpotensi melawan virus corona.

Klorokuin

Klorokuin merupakan senyawa alami yang diekstrak dari kulit pohon kina sejak awal tahun 1600-an. Selama berabad-abad, obat ini ampuh digunakan oleh para penderita malaria.

Ahli Mikrobiologi di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Karla Satchell mengatakan cara kerja Klorokium adalah dengan memperlambat replikasi virus untuk memasuki sel-sel dalam tubuh.

COVID-19 disebabkan novel corona virus, bukan parasit. Para peneliti berhipotesis klorokuin bisa membantu pasien memperlambat penyebaran virus.

Klorokuin membatasi kemampuan virus menggunakan ruang dalam sel (disebut vakuola) untuk masuk ke dalam targetnya.

Baca Juga: 9 Ton Alat Kesehatan untuk Virus Corona Tiba di Indonesia, Ini Rinciannya 

Anggap saja sebagai "ruangan" di dalam tubuh sehingga memberikan waktu bagi sistem kekebalan tubuh untuk mengejar ketinggalan.

Uji klinis dilakukan di Tiongkok untuk menguji kemanjuran klorokuin terhadap virus corona, hasil awal menunjukkan klorokuin berpotensi mengurangi tingkat replikasi virus.

Klorokuin diketahui aman untuk manusia (meskipun bisa mengakibatkan keracunan pada tingkat overdosis). Dalam penelitian praklinis, obat ini terbukti efektif melawan infeksi virus seperti sindrom pernapasan akut (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan HIV.

Sebelumnya, juru bicara pemerintah Indonesia untuk penanganan COVID-19, Achamd Yurianto menegaskan klorokuin digunakan untuk membantu penyembuhan penyakit yang disebabkan virus corona baru, bukan pencegahan infeksi COVID-19.

Dia meminta masyarakat tidak membeli atau menyimpan obat ini karena tergolong obat keras dan harus menyertakan resep dokter.

Baca Juga: Daun Sirih dan Karbol Dapat Dijadikan Alternatif Cairan Disinfektan, Ujar Ahli Kesehatan Lingkungan 

Hidroksiklorokuin

Obat ini metabolit obat malaria yang berpotensi mengobati penyakit autoimun tertentu seperti lupus dan rheumatoid arthritis.

Para ilmuwan berpikir obat ini bekerja dengan mengganggu komunikasi antarsel dalam sistem kekebalan tubuh.

Sekitar tujuh uji klinis di Tiongkok telah mulai menguji obat ini pada pasien COVID-19. Para dokter berhipotesis jika klorokuin bermanfaat, maka hidroksiklorokuin mungkin juga sama.

Hasil laboratorium awal di Tiongkok menunjukkan hidroksiklorokuin mampu menghambat infeksi SARS-COV-2. Obat ini diklaim aman untuk digunakan pada manusia.

Baca Juga: Pembalap Gunakan Sepeda Motor di Dalam Rumah untuk Hilangkan Jenuh Saat Lockdown Terkait Virus Corona 

Kaletra

Obat ini merupakan kombinasi dua obat antivirus yakni lopinavir dan ritonavir yang digunakan melawan HIV.

Lopinavir mencegah enzim virus memotong protein penting yang merupakan kunci untuk reproduksi HIV. Sementara ritonavir membantu meningkatkan konsentrasi lopinavir dalam sel.

Tetapi sebuah penelitian dalam New England Journal of Medicine melaporkan, obat ini tidak bermanfaat bagi pasien dengan COVID-19 yang parah.

Remdesivir

Obat ini dikembangkan Gilead Sciences untuk melawan Ebola tetapi tak terbukti efektif. Namun, remdesivir terbukti memiliki beberapa efek terhadap MERS dan SARS dalam lini sel dan pengujian hewan terbatas.

Mengingat penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh virus corona, peneliti berpendapat mungkin juga memiliki beberapa efek terhadap penyebab COVID-19.

Baca Juga: Tak Ingin Ambil Risiko, KPU Resmi Tunda Tahapan Pilkada Serentak 2020 Akibat Virus Corona 

Menurut sebuah studi kasus dalam New England Journal of Medicine, remdesivir ini diberikan kepada pasien COVID-19 pertama di Amerika Serikat setelah kondisinya memburuk, pada hari berikutnya dia mulai pulih.

Losartan

Obat hipertensi ini mencegah hormon angiotensin mengikat ke reseptor pembuluh darah.

Para ilmuwan berhipotesis losartan dapat membantu pasien dengan COVID-19 karena sebagai penghambat reseptor angiotensin, obat ini menghambat virus masuk ke dalam sel.

Peneliti dari Universitas Minnesota belum menentukan subjek dalam uji klinis mereka.***

 

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Los Angeles Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah