Ilmuwan Sebut Konsumsi Susu Sapi Dapat Sembuhkan Covid-19, Simak Penjelasannya

- 15 Maret 2022, 20:06 WIB
Ilustrasi susu sapi. Mengonsumsi susu sapi disebut oleh para ilmuwan dapat menyembuhkan Covid-19.
Ilustrasi susu sapi. Mengonsumsi susu sapi disebut oleh para ilmuwan dapat menyembuhkan Covid-19. /PIXABAY/Couleur

PR BEKASI – Para ilmuwan baru-baru ini mengatakan bahwa mengonsumsi susu sapi dapat berperan untuk menyembuhkan paparan virus Covid-19.

Ilmuwan di Universitas Michigan dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Glanbia menyelidiki sifat antivirus protein susu sapi terhadap virus Covid-19.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut yang diterbitkan di jurnal Dairy Science, protein dalam susu yakni laktoferin biasanya ditemukan dalam sebagian besar susu mamalia.

Laktoferin yang terdapat dalam susu sapi diketahui memiliki karakteristik bioaktif terhadap banyak mikroba, virus, dan patogen lainnya.

Baca Juga: Cek Fakta, Kulit Bayi Baru Lahir Dikabarkan Melepuh Sebab sang Ibu Divaksin Covid-19 Saat Hamil, Ini Faktanya

Lebih mengejutkan lagi, laktoferin telah terbukti menghambat paparan Covid-19 dalam kondisi eksperimental.

Caranya adalah menghalangi kemampuan virus untuk memasuki sel target, serta dengan mendukung mekanisme pertahanan anti-virus sel.

Hal tersebut disampaikan ketua tim riset Jonathan Sexton dari Departemen Penyakit Dalam Universitas Michigan.

“Laktoferin sapi telah terbukti meningkatkan keparahan infeksi virus, termasuk rotavirus dan norovirus.

Baca Juga: Prediksi Arsenal vs Liverpool, The Reds Bisa Pangkas Jarak dari Man City yang Gagal Menang

“Mengingat kemanjuran anti-virus yang luas, efek samping yang minimal, dan ketersediaan komersial laktoferin sapi, berbagai penelitian telah menyarankan susu sebagai pengobatan pencegahan atau pasca terpapar Covid-19,” ujarnya.

Untuk meningkatkan relevansi klinis dan translatabilitas, peneliti melakukan pengujian laktoferin sapi terhadap beberapa varian Covid-19 di seluruh dunia seperti WA1, B.1.1, B.1.351, P.1, serta Delta.

“Masing-masing varian ini mencakup modifikasi protein lonjakan Covid-19 yang mengurangi kemanjuran vaksin yang baru diproduksi. Selanjutnya, masing-masing galur ini menunjukkan penurunan netralisasi oleh serum vaksinasi,” kata Sexton.

Sexton menyebut tujuan penelitian tersebut adalah memperluas pengamatan kemanjuran anti-virus dalam susu terhadap virus Covid-19 yang telah ditunjukkan laktoferin sapi dengan pemeriksaan yang lebih menyeluruh.

Baca Juga: 4 Hal yang Dinantikan di One Piece 1044: Rahasia Joy Boy hingga Nasib Negeri Wano

Tak hanya itu, hal tersebut dilakukan untuk menyaring produk susu yang tersedia secara komersial untuk aktivitas antivirus yang dapat ditingkatkan dengan adanya bahan lain selain laktoferin.  

Akhirnya, para peneliti mencari tahu apakah dekstrosa dan sorbitol yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet untuk obat-obatan akan mengganggu kemampuan laktoferin sapi untuk menghambat paparan Covid-19.

Peneliti menemukan bahwa laktoferin sapi yang terdapat pada susu efektif melawan semua virus yang diuji secara in vitro.  

Mereka juga berharap laktoferin sapi itu juga akan memiliki aktivitas melawan galur tambahan yang muncul.  

Baca Juga: Kesehatan Vladimir Putin Dikabarkan Terganggu, Wajahnya Disebut Semakin Bengkak

Namun, komponen lain dalam produk susu komersial tampaknya tidak menawarkan perlindungan anti-virus.

“Kemanjuran produk ini tampaknya sepenuhnya bergantung pada laktoferin sapi,” kata Sexton.

Para peneliti juga menemukan dekstrosa dan sorbitol tidak mengurangi efektivitas laktoferin sapi terhadap Covid-19, hal ini menunjukkan kelayakan pengembangan pil anti-Covid-19.

Manfaat utama dari kemanjuran anti-virus yang luas dari laktoferin adalah potensinya untuk pencegahan atau pengobatan penyakit yang muncul.

Baca Juga: Klasemen BRI Liga 1 usai Bali United Menang Lawan Arema, Persib Harus Rela Tertinggal

“Penelitian ini sangat penting ketika ada pilihan pengobatan yang terbatas, atau ketika pilihan pengobatan terlalu mahal untuk digunakan secara luas, susu dapat menjadi jawabannya,” kata Sexton.

“Ini akan ideal untuk mengobati Covid-19 di daerah tanpa vaksinasi luas atau jika varian kebal terhadap vaksin,” ujarnya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Dairy Reporter, Selasa, 15 Maret 2022.

Meskipun para peneliti masih perlu memerlukan waktu lebih lanjut, penelitian ini menjanjikan strategi lain dalam memerangi pandemi global Covid-19.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Dairy Reporter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x