Peneliti Sebut Kelebihan Gula dan Karbohidrat Bisa Picu Penyakit Autoimun

- 28 Maret 2022, 09:57 WIB
Ilustrasi makanan mengandung gula dan karbohidrat.
Ilustrasi makanan mengandung gula dan karbohidrat. /Pixabay/stevepb

PR BEKASI - Gula dan karbohidrat dianggap sebagai salah satu faktor penyebab manusia terkena peradangan dan memicu terkena penyakit autoimun.

Orang yang mengonsumsi gula dan karbohidrat secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama memiliki peningkatan risiko terkena penyakit autoimun dan peradangan.

Seperti penyakit Crohn dan kolitis ulserativa, diabetes tipe 1, dan radang kronis kelenjar tiroid yang merupakan peradangan kronis akibat kelebihan gula dan karbohidrat.

Penyakit autoimun yang berlapis-lapis dan kompleks, seperti peradangan, akan mudah menyerang sistem kekebalan jaringan tubuh yang tinggi akan kadar gula dan karbohidrat.

Baca Juga: Sebelum Nonton Moon Knight, Ingat 4 Hal Penting Berikut

Martin Väth, peneliti di Julius Maximilians University of Würzburg (JMU), menjelaskan bahwa sel-sel kekebalan membutuhkan gula jumlah besar dalam bentuk glukosa untuk melakukan tugasnya.

Dengan bantuan pengangkut khusus pada membran sel mereka, sel itu dapat mengambil glukosa dari lingkungan.

Hal itu menunjukkan bahwa pengangkut glukosa spesifik, secara ilmiah bernama GLUT3, memenuhi fungsi metabolisme tambahan dalam sel T selain menghasilkan energi dari gula.

Studi menemukan bahwa sel T helper tipe 17, juga disebut limfosit Th17, memainkan peran penting dalam mengatur (auto-) proses inflamasi.

Baca Juga: One Piece 1045: Ternyata Gorosei Selama Ini Tak Tahu Luffy Makan Buah Iblis yang Mereka Incar

“Sel Th17 ini mengekspresikan banyak protein GLUT3 pada permukaan selnya,” kata Väth.

Setelah diambil, glukosa siap diubah menjadi asam sitrat di mitokondria sebelum dimetabolisme menjadi asetil-koenzim A (asetil-KoA) di sitoplasma.

Asetil-KoA terlibat dalam berbagai proses metabolisme termasuk biosintesis lipid.

Väth dan timnya menunjukkan bahwa perantara metabolik ini juga dapat mengatur aktivitas berbagai segmen gen.

Baca Juga: Baba Vanga Pernah Ramalkan Serangan ke Ukraina, Sebut Rusia Akan Menguasai Dunia

Dengan demikian, konsumsi glukosa memiliki pengaruh langsung pada aktivitas gen proinflamasi.

Menurut para peneliti, temuan baru ini membuka jalan bagi pengembangan terapi target penyakit autoimun.

Misalnya adalah memblokir sintesis asetil-KoA yang bergantung pada GLUT3 oleh suplemen makanan hidroksisitrat, dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Neuroscience News, pada Jumat, 25 Maret 2022.

Makanan itu berfungsi untuk mengobati obesitas, dapat mengurangi fungsi patogen sel Th17, dan mengurangi proses inflamasi-patologis.

Baca Juga: Superhero dan Villain yang Terkonfirmasi Muncul di Moon Knight, Ada Dewi Kesuburan Mesir

Apa yang disebut pemrograman ulang metabolik sel T membuka kemungkinan baru untuk mengobati penyakit autoimun tanpa membatasi fungsi sel kekebalan pelindung.

Ilmuwan menemukan bahwa transporter glukosa GLUT3 sangat penting untuk fungsi efektor sel Th17 dalam model kolitis autoimun dan ensefalomielitis.

Pada tingkat molekuler, pengambilan glukosa yang bergantung pada GLUT3 mengontrol sirkuit metabolisme-transkripsi yang mengatur patogenisitas sel Th17.

Temuan ini sangat penting karena yang menghambat generasi asetil-CoA yang bergantung pada GLUT3 adalah pos pemeriksaan metabolik yang menjanjikan untuk mengurangi penyakit inflamasi yang dimediasi sel Th17.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Neuro Science News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x