Hindari Demensia, 7 Kebiasaan Ini Perlu Diterapkan

- 15 Juni 2024, 21:59 WIB
Ilustrasi demensia.
Ilustrasi demensia. /Pixabay-Geralt/

PATRIOT BEKASI - Penyakit demensia merupakan salah satu krisis yang dihadapi lansia di berbagai belahan dunia, sementara para ilmuwan mengatakan bahwa penyakit ini dapat diprediksi bertahun-tahun sebelum mereka menderitanya, dan juga dapat dicegah melalui serangkaian tindakan dini yang dapat dilakukan oleh para lansia.

Menurut sebuah studi baru yang ditinjau oleh surat kabar Inggris The Daily Telegraph, usia paruh baya (empat puluhan) adalah periode penting yang penting untuk intervensi potensial guna mencegah penyakit demensia dan Alzheimer pada tahap kehidupan lanjut.

Melalui studi baru mereka, para peneliti di University of College Cork di Irlandia menyoroti mengenai pentingnya periode kehidupan yang belum pernah dipelajari sebelumnya dalam memprediksi masa depan kesehatan kognitif manusia.

Sebastian Allard, salah satu penulis utama studi tersebut, menyebutkan bahwa mengapa periode ini sesuatu yang begitu penting masih menjadi spekulasi. 

Adapun Naji Tabet, Direktur Pusat Studi Demensia di Brighton and Sussex Medical School, mengatakan, penelitian telah menunjukkan bahwa ada beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi, terutama pada usia paruh baya, yang mempengaruhi perkembangan demensia di kemudian hari.

Baca Juga: Awas Jangan Abaikan, Lima Sayuran Ini Menyebabkan Asam Urat dan Nyeri Sendi

“Dengan melakukan perubahan yang diperlukan dalam pola “Hingga 40 persen kasus dapat dicegah sepenuhnya," kata dia.

Adapun tujuh kebiasaan terbaik untuk memerangi demensia, yang harus dilakukan seseorang ketika dia berusia empat puluhan adalah sebagai berikut:

Pertama: Jaga berat badan dan selalu terkendali, karena faktor terpenting dalam mencegah demensia adalah mencegah obesitas. “Obesitas berarti Anda lebih mungkin menderita kolesterol tinggi, diabetes, dan tekanan darah tinggi,” kata Tabet. Dalam jangka waktu yang lama, ketiga hal tersebut “akan mulai menyebabkan kerusakan pada arteri dan menyebabkan peningkatan peradangan di otak,” tambahnya.

Kedua: Melakukan olah raga secara perlahan dan perlahan, seperti yang dikatakan Tabet bahwa menjadi aktif saja itu penting. Kita tidak perlu memaksakan diri untuk berolahraga, tetapi kebiasaan seumur hidup dan konsisten adalah kuncinya, dan semakin banyakberolahraga, semakin banyak manfaat yang diperoleh.

Ketiga: Tidurlah minimal tujuh jam. “Tujuh adalah angka ajaib untuk tidur di usia paruh baya,” kata Barbara Sahakian, profesor neuropsikologi klinis di Universitas Cambridge.

Sebuah penelitian yang ditulis bersama oleh Sahakian, yang mengumpulkan data dari setengah juta orang, menemukan bahwa tidur tujuh jam adalah waktu ideal bagi mereka yang berusia paruh baya dan lebih tua.

“Dengan menggunakan data dari UK Biobank, kami menemukan bahwa mereka yang tidur selama tujuh jam secara konsisten memiliki kognisi yang lebih baik, termasuk kecepatan pemrosesan, perhatian visual, dan memori," ujarnya.

Tidur adalah intervensi gaya hidup yang paling mungkin mengurangi kemungkinan terjadinya depresi paruh baya, karena mereka yang tidur tujuh hingga sembilan jam memiliki risiko 22 persen lebih rendah untuk mengalami depresi secara teratur.

Keempat: Jauhi alkohol dan rokok. Tabet memperingatkan bahwa jika meminum alkohol atau merokok berlebihan setelah usia 40-an, maka sama saja dengan meningkatkan beban pada otak, serta meningkatkan kemungkinan terkena penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan hati.

Kelima: Berpartisipasi dalam percakapan. Profesor Sahakian menyampaikan soal perlunya menjaga otak tetap aktif dengan berpartisipasi dalam percakapan.

“Saat melakukan ini, kita memperoleh pengetahuan dan menggunakan informasi yang tersimpan dalam ingatan kita, serta menggunakan keterampilan sosial kita untuk membuat diskusi tetap menarik,” tambahnya.

Sahakian menyatakna bahwa dengan melakukan percakapan tersebut, maka kita mengaktifkan jaringan saraf di otak.”

Keenam: Latih otak, seperti yang dikatakan Profesor Sahakian bahwa belajar dan mengingat bermanfaat bagi otak dan meningkatkan ukuran hipokampus.

"Hippocampus penting untuk memori sehari-hari, seperti mengingat di mana Anda meninggalkan ponsel di rumah, dan area otak ini rusak pada awal penyakit Alzheimer," katanya.

Tabet mengatakan bahwa menjaga ketajaman otak di usia paruh baya, seperti bermain Sudoku atau teka-teki silang, atau mempelajari keterampilan baru, selalu sangat bermanfaat.

Ketujuh: Menjaga kesehatan mulut, seperti yang dikatakan Tabet bahwa ada hubungan antara kesehatan mulut dan perkembangan demensia melalui peradangan.

Bakteri yang mampu menyebabkan penyakit gusi telah dikaitkan dengan berbagai bentuk demensia dalam penelitian, karena molekul inflamasi yang dibuat oleh bakteri dapat berpindah dari mulut melalui aliran darah ke otak.***

Editor: M Hafni Ali

Sumber: Al Arabiya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah