Jubir Taliban Akui Khawatir Pasukannya Lakukan Pelecehan Seksual ke Perempuan: Tetap di Rumah

26 Agustus 2021, 16:03 WIB
Jubir Taliban Zabihullah Mujahid minta agar perempuan tetap di rumah sampai waktu yang ditentukan untuk menghindari potensi pelecehan seksual. /Daily Mail

 

PR BEKASI - Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengaku khawatir pasukannya melakukan pelecehan seksual pada perempuan usai mengambil alih pemerintahan Afghanistan pada 15 Agustus 2021 lalu.

Sebagai informasi, pandangan konservatif menganggap perempuan dan anak-anak dianggap sebagai harta rampasan perang.

Atas dasar tersebut, Zabihullah menilai ada sejumlah pasukannya yang masih memiliki pandangan demikian.

"Kami khawatir pasukan kami yang masih baru dan tidak terdidik dengan baik akan melecehkan perempuan," kata Zabihullah, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Daily Mail pada Kamis, 26 Agustus 2021.

Baca Juga: Jubir Taliban Ungkap Peraturan Baru di Afghanistan: Musik Dilarang dan Perempuan Wajib Pakai Jilbab

Menurut Zabihullah, agama Islam melarang tindakan pelecehan seksual kepada perempuan.

"Tuhan melarang. Kami tidak ingin pasukan kami melecehkan atau bertindak kasar pada perempuan," tuturnya.

Oleh karena itu, Zabihullah meminta kepada perempuan agar tetap di rumah sampai waktu yang belum ditentukan.

"Tetaplah di rumah sampai kami selesai rumuskan peraturan baru," ucapnya.

Selain itu, Zabihullah juga mengungkapkan beberapa gambaran peraturan yang akan diterapkan di Afghanistan di bawah kuasa Taliban.

Baca Juga: Negara G7 Siap Sokong Dana Rp6 Ribu Triliun untuk Taliban, Minta Anak Perempuan Dijamin Pendidikannya

Menurut Zabihullah Mujahid dalam sesi wawancara dengan media Amerika Serikat New York Times, Taliban akan lebih liberal dibanding 20 tahun lalu.

"Kami ingin membangun masa depan dan melupakan apa yang terjadi di masa lalu," ujar Zabihullah.

Selain itu, Zabihullah juga mengatakan bahwa musik akan dilarang di Afghanistan karena tidak sesuai syariat Islam.

"Musik dilarang dalam Islam. Kami berharap bisa membujuk rakyat untuk tidak mendendangkan musik," tutur Zabihullah.

Adapun sejumlah peraturan terkait perempuan juga diungkapkan oleh Zabihullah Mujahid.

Baca Juga: Amerika Gemetar, Takut Al-Qaeda Bangkit Usai Taliban Sukses Ambil Alih Pemerintahan Afghanistan

Pertama, perempuan harus mengenakan jilbab jika berada di publik.

Kedua, perempuan diminta untuk bepergian dengan pendamping laki-laki dalam perjalanan yang berlangsung lebih dari 3 hari.

Ketiga, perempuan diizinkan untuk kembali bekerja dan sekolah selama mengenakan jilbab.

Zabihullah mengeklaim, peraturan ini adalah bentuk pelonggaran Taliban yang sebelumnya keras kepada perempuan pada tahun 1996-2001.

Sebagai informasi, Taliban saat memegang kekuasaan Afghanistan pada 1996-2001 dianggap keras kepada perempuan.

Perempuan dilarang untuk bekerja, memperoleh pendidikan, berada di publik jika tidak penting, dan harus mengenakan burqa.

Jika perempuan melanggar peraturan tersebut, Taliban yang dulu akan menghukumnya dengan hukuman cambuk.

Pada penutupnya, Zabihullah menegaskan bahwa Taliban tidak akan memburu warga yang memiliki syarat untuk evakuasi, mantan penerjemah, maupun pihak yang bekerja sama dengan Amerika Serikat.

"Amerika seharusnya tidak ikut campur di negara kita dan mengambil sumber daya manusia kita," ucapnya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler