Indonesia Terancam, Ancaman Perang China dan Australia Berpotensi Meletus Akibat Kesepakatan AUKUS

24 September 2021, 13:33 WIB
Kesepakatan AUKUS antara AS, Inggris, dan Australia telah membuat ancaman perang antara China dan Australia Meletus. /Reuters

PR BEKASI – Ancaman perang telah meletus antara China dan Australia setelah Beijing menuduh Canberra terlibat dalam kejahatan perang.

Kesepakatan trilateral baru antara Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia telah memicu perpecahan di seluruh dunia antar negara.

Zhao Lijian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, telah menyampaikan sejumlah serangan luar biasa sepanjang hari yang diarahkan ke negara-negara perjanjian AUKUS.

Tetapi, pernyataan terbaru Zhao Lijian di Twitter telah semakin meningkatkan ketegangan perang antara China dan Australia.

Baca Juga: Filipina Dukung Sub Pakta Nuklir Australia untuk Lawan China, Jaga Keseimbangan Kekuatan Indo-Pasifik.

“Pasukan Australia secara brutal membunuh tawanan perang dan warga sipil dengan menembak atau menggorok leher di Afghanistan,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Jumat, 24 September 2021.

“Kebenaran telah terungkap, tetapi keadilan belum ditegakkan. Mereka yang melakukan kejahatan perang masih buron. Kehidupan Afghanistan penting. Australia berhutang penjelasan kepada dunia,” tambahnya.

Sekitar waktu yang sama, Zhao Lijian juga menggunakan Twitter untuk melancarkan serangan lebih lanjut ke AS.

“Serangan drone AS yang sembrono sangat melanggar hukum humaniter internasional. Ini bukan hanya penggunaan kekuatan yang tidak bertanggung jawab, tetapi kejahatan langsung. Mereka murni membunuh demi membunuh,” tambahnya.

Baca Juga: 19 Pesawat Tempur China Masuk Zona Pertahanan Udaranya, Taiwan Siaga Perang

Zhao Lijian menambahkan jumlah sebenarnya kematian warga sipil Afghanistan yang disebabkan oleh serangan udara ini jauh lebih tinggi daripada hitungan resmi.

"AS berutang kepada rakyat Afghanistan untuk meluncurkan penyelidikan, mencari tahu kebenarannya, meminta pertanggungjawaban pelaku dan memastikan tragedi seperti itu tidak akan terulang," katanya.

Zhao Lijian diketahui telah sangat vokal dalam pidato tentang perjanjian Aukus baru-baru ini antara AS, Australia dan Inggris.

“Menghadapi tantangan bersama untuk memerangi epidemi dan pemulihan ekonomi, orang-orang di kawasan Asia-Pasifik membutuhkan pertumbuhan dan lapangan kerja, bukan kapal selam dan bubuk mesiu,” katanya.

Baca Juga: Lithuania Perkuat Keamanan Siber Usai Temukan Dugaan Sensor Bawaan dari Ponsel Buatan China

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China juga menggambarkan perjanjian trilateral sebagai sangat tidak bertanggung jawab.

Dalam cuitan terpisah, Zhao Lijian menyatakan kesepakatan kapal selam nuklir Australia-Inggris-AS (AUKUS) berfungsi sebagai pengingat besar bagi Eropa bahwa sekutu trans-Atlantiknya bisa sangat berbahaya.

China diketahui bukan satu-satunya negara yang mengkritik perjanjian AUKUS trilateral tersebut.

Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob mengatakan bahwa dia yakin perjanjian itu akan memprovokasi kekuatan lain untuk bertindak lebih agresif di kawasan itu, terutama di Laut Natuna Utara.

Baca Juga: Lithuania Sarankan Warganya Segera Buang HP China karena Adanya Fitur Ini, Indonesia Perlukah?

Kementerian Luar Negeri Indonesia juga mengatakan mereka akan melacak perjanjian dengan hati-hati dan telah mendesak Australia untuk terus menjaga perdamaian, stabilitas dan keamanan.

Janji tersebut yang dibuat oleh Canberra sebagai bagian dari Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama.

Banyak negara yang khawatir akan segera pecah perang nuklir antara China dan Australia yang akan berdampak terhadap situasi di negara sekitar mereka berdua.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler