Bombardir Ukraina, Rusia Kena Hujan Sanksi Berbagai Negara: Sistem Keuangan Terpukul

26 Februari 2022, 15:09 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin menuai kecaman atas invasi ke Ukraina. /Kremlin via Reutes//Kremlin via Reutes

PR BEKASI - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memohon bantuan kepada komunitas internasional, ketika serangan di wilayahnya masih berlanjut sementara pasukan Rusia merangsek memasuki ibu kota, Kiev.

Akhirnya, serangkaian sanksi diberikan sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, Jepang, Kanada, Taiwan, dan Selandia Baru terhadap Rusia yang menargetkan bank, kilang minyak, dan ekspor militer ke Ukraina.

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menyatakan, bahwa negara-negara Barat telah menerapkan langkah-langkah yang bertujuan membebani ekonomi Rusia menjadi terbatas.

Sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Al-Jazeera, berikut ini daftar tindakan yang dikenakan kepada Rusia oleh sejumlah negara.

Baca Juga: Diselimuti Perasaan Damai, 3 Zodiak Miliki Hari Hebat dan Menyenangkan Sabtu 26 Februari 2022

Amerika Serikat

Departemen Keuangan AS mengatakan pihaknya menargetkan "infrastruktur inti" dari sistem keuangan Rusia, memberikan sanksi kepada dua bank terbesarnya, yaitu Sberbank dan VTB Bank.

Bank-bank AS harus memutuskan hubungan perbankan koresponden mereka, dan memasukkan VTB, Otkritie, Novikombank dan Sovcombank ke dalam daftar Specially Designated Nationals (SDN).

Langkah ini secara efektif mengeluarkan bank dari sistem keuangan AS, melarang perdagangan mereka dengan orang Amerika, dan membekukan aset di Amerika Serikat.

Baca Juga: Bocoran One Piece 1042, Iblis yang Bersembunyi di Dalam Tubuh Luffy Akan Bangkit

Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang menyatakan langkah-langkah mereka juga, akan mencakup pembatasan luas pada semikonduktor, telekomunikasi, keamanan enkripsi, laser, sensor, navigasi, avionik, dan teknologi maritim.

Selain itu juga menargetkan pengguna akhir militer, termasuk kementerian pertahanan Rusia.

Gedung Putih juga merinci sanksi terhadap elit Rusia dan keluarga mereka.

Uni Eropa

Para pemimpin UE menetapkan menjatuhkan sanksi pada sektor keuangan, energi dan transportasi Rusia, memperkenalkan kontrol ekspor, dan memasukkan lebih banyak orang Rusia ke daftar hitam.

Uni Eropa juga mengamati pembekuan aset Eropa terkait dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, atas keputusan mereka untuk menyerang Ukraina.

“Kami menyerang sistem Putin di mana ia harus dipukul, tidak hanya secara ekonomi dan finansial, tetapi juga di jantung kekuatannya,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.

Jepang

Negeri Matahari Terbit ini menyatakan akan memperkuat sanksi terhadap Rusia untuk memasukkan lembaga keuangan dan ekspor peralatan militer.

Perdana Menteri Fumio Kishida menyampaikan, bahwa Tokyo akan membidik lembaga keuangan dan individu Rusia dengan sanksi, serta menghentikan ekspor barang keperluan militer seperti semikonduktor.

"Jepang harus dengan jelas menunjukkan posisinya bahwa kami tidak akan pernah mentolerir segala upaya untuk mengubah status quo dengan paksa," katanya.

Baca Juga: Sean Penn Membuat Film Dokumenter tentang Invasi Rusia, Ukraina Merasa Sangat Terbantu

Inggris

Perdana Menteri Boris Johnson memberikan sanksi terbesar Inggris yang pernah ada kepada Rusia, dengan menargetkan bank, anggota lingkaran terdekat Vladimir Putin, serta orang kaya Rusia yang menikmati gaya hidup mewah di London.

Boris Johnson mengatakan bahwa Putin akan dikutuk oleh dunia dan sejarah atas aksi invasinya terhadap Ukraina, serta tidak akan pernah bisa membersihkan darah di tangannya.

Pemerintah Inggris mengatakan akan memberlakukan pembekuan aset pada bank-bank besar Rusia, termasuk VTB milik negara, bank terbesar kedua, dan menghentikan perusahaan-perusahaan besar Rusia untuk meningkatkan keuangan di Inggris.

Mereka juga melarang maskapai penerbangan utama Rusia Aeroflot mendarat di Inggris, menangguhkan lisensi ekspor ganda ke Rusia, dan melarang ekspor beberapa ekspor teknologi tinggi dan bagian dari industri ekstraktif.***

Editor: Gita Pratiwi

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler