Hubungan Kian Memanas, AS Masukkan 33 Perusahaan dan Institusi Asal Tiongkok ke Daftar Hitam

24 Mei 2020, 16:00 WIB
Bendera Amerika Serikat dan Tiongkok.* /MGN/

PIKIRAN RAKYAT - Perseturuan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok belum usai. Terbaru, negeri paman sam itu memasukkan 33 perusahaan Tiongkok dalam daftar hitam.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Reuters Minggu, 24 Mei 2020, alasannya karena mereka terlibat dalam operasi mata-mata Uighur atau pengembangan senjata pemusnah massal untuk militer Tiongkok.

"Mereka telah mendukung Cina dalam melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Cina telah bertindak represif, tidak adil, dan menerapkan pengawasan berteknologi canggih terhadap komunitas Uighur," ujar Departemen Perdagangan AS.

Baca Juga: Bermain Game di Usia 90 Tahun, Lansia Ini Pecahkan Guiness World Record

Terdapat berbagai jenis perusahaan yang masuk ke dalam daftar hitam tersebut. Beberapa diantaranya adalah perusahaan komersil, perusahaan milik negara, serta penyedia teknologi militer seperti kecerdasan buatan dan pemindai wajah.

Salah satu contoh perusahaan dari daftar tersebut adalah NetPosa. NetPosa adalah pengembang kecerdasan buatan (AI) yang teknologi pemindai wajahnya digunakan Tiongkok untuk mengawasi komunitas muslim Uighur.

Selain NetPosa, ada juga CloudMinds perusahaan pengembang komputasi awan yang masuk ke dalam portofolio Softbank Group.

Baca Juga: Tidak Hanya Masalah Covid-19 yang Kian Masif, Brasil Kini Dihadapkan Masalah Baru

Dalam keterangan Departemen Perdagangan AS, CloudMinds masuk ke dalam daftar hitam karena melakukan transfer teknologi dari negara tersebut ke Tiongkok.

Qihoo360, yang sempat menjadi sorotan karena menuduh CIA telah meretas Pemerintah Tiongkok, juga masuk dalam daftar terlarang.

Walau tidak disebutkan secara detil apa alasannya, diduga kuat hal itu berkaitan dengan klaimnya soal peretasan oleh lembaga intelijen AS itu.

Baca Juga: Studi Terbaru: Pasien Sembuh Covid-19 Masih Bisa Menularkan Hingga Tiga Minggu Kemudian

NetPosa, CloudMinds, maupun Qihoo belum memberikan komentar hingga berita ini diterbitkan.

Xilink yang menggarap chip untuk perusahaan-perusahaan teknologi Tiongkok, membenarkan soal adanya blacklisting dari Departemen Perdagangan AS.

Perusahaan yang berbasis di San Jose itu mengetahuinya setelah klien mereka masuk dalam daftar hitam AS.

Baca Juga: Usai Porak-Poranda Akibat Kebakaran Hutan dan Virus Corona, Australia Pulihkan Destinasi Pariwisata

"Kami tahu betul perkembangan terbaru terkait daftar hitam Kementerian Perdagangan dan bagaimana mereka tengah mengevaluasi dampak ekonominya. Kami patuh terhadap aturan yang mereka tetapkan," ujar Xilinx.

Blacklisting perusahaan dan institusi Tiongkok ini bukan yang pertama kalinya bagi AS.

Oktober lalu, AS memasukkan 28 perusahaan Tiongkok yang bergerak dalam bidang keamanan, dalam daftar hitam. Alasannya masih sama, penindasan terhadap Uighur.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler