Studi Sebut Covid-19 Bisa Menyerang Kinerja Otak, Separah Apa Dampaknya?

8 Maret 2022, 10:28 WIB
Ilustrasi. Studi menyebut Covid-19 bisa memiliki dampak pada kinerja otak. /geralt/Pixabay

PR BEKASI - Sudah hampir dua tahun dunia menghadapi pandemi Covid-19.

Dua tahun berlalu belum terlihat akan segera mereda, bahkan varian baru terus ditemukan.

Virus Covid-19 telah membunuh berjuta orang di dunia, virus ini menyerang baik anak-anak maupun orang dewasa.

Baru-baru ini ditemukan varian baru dari Covid-19 yaitu varian omicron.

Baca Juga: Lupa Jumlah Utang Puasa? Ini Cara Membayar atau Mengqadhanya Menurut Buya Yahya

Lantar, benarkah varian baru Covid-19 omicron mampu mempengaruhi kinerja otak?

Dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari The Guardian, berikut adalah penjelasan mengenai virus Covid-19 yang mempengaruhi otak.

Sebuah penelitian dilakukan untuk membandingkan pemindaian otak orang sebelum dan sesudah mereka tertular Covid-19.

Hasil menunjukan bahwa telah terjadi penyusutan dan kerusakan jaringan di daerah yang terkait dengan penciuman dan kapasitas mental beberapa bulan setelah subjek dites positif.

Baca Juga: 5 Karakter yang Bisa Kalahkan Kurama di Naruto, Ada Madara Uchiha yang Bisa Kalahkan Monster Berekor

Sejauh ini baru diidentifikasi genetika Covid-19 dan terdapat 16 varian genetik baru. Hal ini membuat Covid-19 masuk ke dalam penyakit yang parah.

Penelitian menyebutkan sejumlah obat yang ada yang dapat digunakan untuk mencegah pasien sakit parah, beberapa di antaranya sudah ada di uji klinis.

Bersama dengan studi ini menjelaskan mekanisme biologis yang mendukung penyakit yang disebabkan Covid-19.

Dalam studi otak, para peneliti di University of Oxford mempelajari 785 orang berusia antara 51 dan 81 tahun yang telah menerima pemindaian otak sebelum dan selama pandemi sebagai bagian dari studi Biobank Inggris.

Baca Juga: Seorang Pria Curhat Mengaku Gagal Menikah usai Ditipu Calon Istri: Rugi Puluhan Juta

Lebih dari setengahnya dinyatakan positif Covid di antara dua pemindaian.

Dibandingkan dengan 384 subjek kontrol yang tidak terinfeksi, mereka yang dites positif Covid memiliki penyusutan otak keseluruhan yang lebih besar dan penyusutan lebih banyak terutama di area yang terkait dengan penciuman.

Misalnya, mereka yang memiliki Covid kehilangan 1,8 persen tambahan gyrus parahippocampal, wilayah utama untuk penciuman, dan tambahan 0,8 persen dari otak kecil, dibandingkan dengan subjek kontrol.

Pemrosesan sinyal yang terganggu di area tersebut dapat menyebabkan gejala seperti kehilangan penciuman.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Tanggapan Lucky Sondakh Soal Angelina, hingga Putri Tanjung Dilamar Guinandra Jatikusumo

Mereka yang terinfeksi juga biasanya mendapat skor lebih rendah pada tes keterampilan mental daripada individu yang tidak terinfeksi.

Skor yang lebih rendah dikaitkan dengan hilangnya jaringan otak yang lebih besar di bagian otak kecil yang terlibat dalam kemampuan mental.

Menurut penelitian tersebut, efeknya lebih terasa pada orang tua dan mereka yang dirawat di rumah sakit karena virus ini, tetapi masih terlihat jelas pada orang lain yang infeksinya ringan atau tanpa gejala.

Pemindaian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah perubahan otak ini permanen atau sebagian reversibel.

Baca Juga: Spoiler One Piece 1043, Lurking Legend Muncul di Kastel Orochi, Berikut Sosok Misteriusnya

Dalam penelitian terpisah, para peneliti yang dipimpin oleh Dr Kenneth Baillie, seorang konsultan kedokteran perawatan kritis di University of Edinburgh, mengurutkan genom dari 7.491 pasien Covid yang dirawat di unit perawatan intensif di Inggris.

Peneliti membandingkan DNA mereka dengan 48.400 orang yang tidak terinfeksi, ditambah DNA 1.630 orang lainnya yang mengalami Covid ringan.

Studi ini mengidentifikasi 16 varian genetik baru yang terkait dengan perawatan intensif, termasuk gen yang terlibat dalam pembekuan darah, sistem kekebalan dan intensitas peradangan.

Di antara varian baru yang diidentifikasi adalah perubahan kecil pada GM-CSF, protein yang membantu mengaktifkan sel-sel kekebalan di paru-paru setelah infeksi.

Baca Juga: Kapan Batas Akhir Qadha atau Membayar Utang Puasa Ramadhan? Berikut Penjelasan Ustaz Firanda Andirja

Lainnya termasuk variasi gen yang mengontrol tingkat komponen sentral dari pembekuan darah yang dikenal sebagai Faktor VIII yang terganggu pada jenis yang paling umum dari hemofilia kelainan pendarahan bawaan.

Pembekuan abnormal dalam menanggapi Covid dapat mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke organ-organ penting di dalam tubuh.

Itulah penjelasan terkait Covid-19 yang disebut dapat mempengaruhi sistem kinerja otak.***

 

Editor: Dini Novianti Rahayu

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler