Tanggapi Kritik Internasional, Korea Selatan Bentuk Biro Khusus Anti Perdagangan Manusia

3 Juli 2023, 19:58 WIB
Sikap Korea Selatan terkait kritik internasional mengenai perdagangan manusia. /Korea Herald/

PATRIOT BEKASI - Korea Selatan diinformasiskan akan membentuk biro anti perdagangan manusia, langkah ini menjadi upaya mereka mengatasi kritik internasional terkait penanganan terhadap masalah tersebut.

Dalam laporan yang diberikan, biro anti perdagangan manusia, yang akan dikenal sebagai Departemen Hak dan Penyelamatan, akan beroperasi dengan total tujuh pegawai sementara di dalam Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga.

Biro baru tersebut akan bertugas mendukung korban perdagangan manusia dan perempuan pembelot Korea Utara, serta menyusun rencana komprehensif untuk mencegah perdagangan manusia.

Lebih lanjut, biro anti perdagangan manusia ini akan memberikan dukungan pendidikan bagi mereka yang menjadi korban, termasuk di antaranya anak-anak di bawah umur.

Baca Juga: Kapan Ace Tewas di One Piece, Episode Berapa dan Bagaimana? Simak di Sini

Selain itu, tujuan lainnya adalah membantu korban dengan reintegrasi mereka ke dalam masyarakat dengan memberikan pelatihan kejuruan, konseling hukum, maupun perlingdungan biaya pengobatan.

Bukan hanya itu, pihak Korea Selatan juga akan membantu korban kewarganegaraan asing untuk kembali ke negara asal mereka.

Sementara ini, biro anti perdagangan manusia akan dibentuk dalam waktu enam bulan saja hingga akhir tahun, tetapi jika diperlukan operasionalnya bisa diperpanjang hingga Juni 2024.

Pemerintah Korea Selatan telah menghadapi kritik yang konsisten atas pengelolaan kejahatan perdagangan manusia.

Baca Juga: Terkait Dugaan Kasus Penistaan Agama, Panji Gumilang Didampingi Pengawal Penuhi Panggilan Bareskrim Polri

Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyarankan pemerintah Korea untuk membuat sistem pencegahan perdagangan manusia yang lebih praktis, dengan menunjukkan bahwa eksploitasi seksual dan tenaga kerja terhadap pekerja asing adalah masalah serius.

Sebagai tanggapan, pemerintah Korea pada Januari lalu telah menerapkan Undang-Undang Pencegahan Perdagangan Manusia, yang mendefinisikan dan melarang eksploitasi seksual dan eksploitasi tenaga kerja sebagai perdagangan manusia, dan mewajibkan Kementerian Gender untuk membuat rencana komprehensif untuk mencegah perdagangan manusia setiap lima tahun.

Terlepas dari langkah-langkah ini, Korea Selatan diturunkan untuk pertama kalinya dalam 20 tahun menjadi negara Tier 2 pada Juli 2022 dalam laporan perdagangan manusia tahunan yang diterbitkan oleh Departemen Luar Negeri AS.

Laporan tersebut berupa dokumen yang membagi tingkat pengawasan dan penumpasan perdagangan manusia menjadi tiga tingkatan. Laporan tahun ini yang dirilis pada 15 Juni juga menempatkan Korea di Tier 2.

Baca Juga: Review Langit Gantole Destinasi Wisata Tengah Hits di Kabupaten Bandung Barat, HTM dan Fasilitas Simak di Sini

"Meskipun ada laporan tentang perdagangan manusia yang merajalela yang menargetkan pekerja asing, pemerintah Korea Selatan belum membuat laporan apa pun yang mengidentifikasi korban kerja paksa asing. Para pejabat terus mengacaukan perdagangan manusia dengan kejahatan lain, dan pengadilan telah menghukum penjahat terkait kurang dari setahun dalam penjara, denda atau masa percobaan,” kata Departemen Luar Negeri AS.

Menyusul perilisan laporan tersebut, Kementerian Luar Negeri berjanji untuk meningkatkan tanggapannya sejalan dengan Undang-Undang Pencegahan Perdagangan Manusia.

Sejak tahun 2001, Departemen Luar Negeri AS telah menerbitkan laporan-laporan ini sesuai dengan undang-undangnya sendiri, mengkategorikan negara berdasarkan pengawasan perdagangan manusia dan upaya penegakannya.

Dalam laporan tahun ini, AS, Inggris, Prancis, Taiwan, dan Filipina diklasifikasikan sebagai negara Tier 1. Jepang, Swiss, dan Selandia Baru, bersama dengan Korea Selatan, diklasifikasikan sebagai Tier 2, sedangkan Korea Utara, China, dan Rusia ditempatkan di Tier 3.***

Editor: M Hafni Ali

Sumber: Korea Herald

Tags

Terkini

Terpopuler