Beredar Buku Anak-anak Bertema Gay, Para Orang Tua Protes dan Minta Buku Itu Segera Ditarik

11 September 2020, 21:21 WIB
Buku anak-anak "King & King". /Amazon

PR BEKASI - Sebuah buku anak-anak bertema gay tengah beredar di Taiwan. Buku tersebut memicu protes dari orang tua setelah buku tersebut dimasukkan ke dalam program membaca yang didukung pemerintah.

Buku anak-anak tersebut berjudul "King & King", yang bercerita tentang dua pangeran yang jatuh cinta dan akhirnya menikah.

Dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, “King & King”, aslinya diterbitkan dalam bahasa Belanda, mengikuti kisah seorang pangeran muda yang ditekan oleh ibunya untuk menikahi seorang putri, tetapi kemudian dia jatuh cinta pada pangeran lain.

Baca Juga: Tidak Ingin Donald Trump Curang, Pengadilan AS Tolak Keluarkan Imigran Ilegal dari Sensus 2020 

Versi Tiongkok dari buku itu ditambahkan ke daftar buku yang didistribusikan pemerintah kepada siswa berusia enam dan tujuh tahun di Taiwan, yang tahun lalu menjadi tempat pertama di Asia yang mengizinkan pernikahan sesama jenis.

Skema membaca adalah bagian dari program ekstrakurikuler yang bertujuan menumbuhkan kecintaan membaca dan tidak wajib di sekolah. Meskipun demikian, langkah tersebut memicu protes di luar kementerian pendidikan minggu ini.

“Ini adalah pencucian otak. Pemerintah mencoba merongrong nilai-nilai pernikahan heteroseksual, ”kata Tseng Hsien-ying, Presiden Koalisi untuk Kebahagiaan Generasi Berikutnya, sebuah kelompok yang menentang pernikahan sesama jenis.

"Ini membingungkan anak-anak kami," lanjut Tseng Hsien-ying melalui saluran telepon pada Jumat, 11 September 2020.

Baca Juga: Fakta atau Hoaks: Jokowi Dikabarkan Meminta Semua Gubernur Tiru Kerja Anies Baswedan 

Dirinya pun menyerukan agar buku tersebut segera ditarik oleh pemerintah Taiwan.

Tapi, Kementerian pendidikan Taiwan membela keputusan tersebut di media sosial dengan menyatakan bahwa buku tersebut akan membantu anak-anak untuk mengenali dan menghormati perbedaan, juga untuk mempromosikan masyarakat yang beragam.

Kelompok advokasi LGBT+, Asosiasi Hotline Tongzhi Taiwan, menyerukan penerimaan dan mengatakan survei menunjukkan bahwa setengah dari kaum gay menyadari orientasi seksual mereka di tingkat sekolah dasar, tetapi harus menyembunyikannya.

"Kami tidak bisa begitu saja mengabaikan keberadaan kaum muda LGBT +," kata badan amal yang berbasis di Taiwan itu dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Uji Coba Persib Vs Bhayangkara FC Resmi Dibatalkan, PSBB Jakarta Jadi Penyebabnya 

Pernikahan sesama jenis dilegalkan di Taiwan pada pertengahan 2019 setelah parlemen pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu mengesahkan undang-undang bersejarah, memperkuat reputasinya sebagai mercusuar liberalisme di Asia.

Meskipun demikian, sikap konservatif sosial sebagian besar masih berpengaruh  dan mereka yang menentang pernikahan sesama jenis mengatakan bahwa persatuan seperti itu dapat menghancurkan masyarakat dan institusi keluarga.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler