Erdogan Sentil Macron Butuh Periksa Kejiwaan, Prancis Tarik Dubesnya di Turki

25 Oktober 2020, 20:36 WIB
Emmanuel Macron (kiri) dan Recep Tayyip Erdogan. /Al Araby/

PR BEKASI - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan telah mengeluarkan kritikan terbarunya terhadap Presiden Prancis, Emmanuel Macron hingga membuat Prancis langsung menarik duta besarnya dari Ankara.

Awal bulan ini, Macron diketahui telah berjanji untuk melawan "separatis Islam", yang menurutnya mengancam untuk mengambil kendali di beberapa komunitas Muslim di sekitar Prancis.

Erdogan menyebut Macron membutuhkan perawatan dan pemeriksaan kejiwaan atas sikapnya yang dianggap tidak adil terhadap umat Islam Prancis.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kabar Daftar Kartu Prakerja Sekarang Bisa Dapat Kartu Bahan Bakar Shell Rp600.000

"Punya masalah apa orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan kejiwaan," kata Erdogan dalam pidatonya di kongres provinsi Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di Kayseri, Turki pada, Sabtu, 24 Oktober 2020, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera.

Erdogan menambahkan rencana Macron tersebut dianggap akan melanggar kebebasan beragama di Prancis.

"Apa yang bisa dikatakan kepada seorang kepala negara yang tidak memahami kebebasan berkeyakinan dan berperilaku seperti itu kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya dari agama yang berbeda? Pertama-tama, lakukan pemeriksaan kejiwaan," kata Erdogan.

Baca Juga: Kadin Perkebunan Kalbar: Perusahaan Perkebunan Sawit Miliki Peran Strategi Cegah Karhutla

Diketahui, Erdogan sendiri telah memerintah Turki selama 18 tahun setelah mengambil alih negara berpenduduk 75 juta orang itu selama krisis politik dan kemerosotan ekonomi pada tahun 2002.

Menanggapi komentar Erdogan tersebut, Prancis telah memanggil pulang utusannya dari Turki untuk berkonsultasi setelah menganggap pidato Erdogan yang dianggap tidak dapat diterima.

"Komentar Presiden Erdogan tidak bisa diterima. Kami menuntut agar Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal," kata seorang pejabat kepresidenan Prancis.

Baca Juga: #StopBeliEsKrimAice Trending di Twitter, F-Sedar Soroti Perlakuan Terhadap Buruh di Pabrik Aice

Seorang pejabat Prancis yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, juga mengatakan tidak ada pesan belasungkawa dan dukungan dari Erdogan setelah kasus pemenggalan kepala seorang guru bernama Samuel Paty di luar Paris.

Seperti diketahui, Prancis kembali diguncang kasus penyerangan dengan pelaku memenggal seorang guru sejarah awal bulan ini.

Penyerang tersebut diketahui ingin membalas atas penggunaan kartun Nabi Muhammad oleh guru tersebut di kelas tentang kebebasan berekspresi.

Baca Juga: Tidak Banyak yang Tahu, Dua Tempat di Asia Tenggara Ini ternyata Jarang Tersentuh Manusia

Pada 6 Oktober 2020, Erdogan mengatakan, setelah komentar awal Macron tentang "separatis Islam", bahwa pernyataan itu adalah "provokasi yang jelas" dan menunjukkan "ketidaksopanan" pemimpin Prancis itu.

Macron pada bulan ini juga telah menilai Islam sebagai agama "yang sedang mengalami krisis" di seluruh dunia.

Dirinya juga mengatakan pemerintah akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang tahun 1905 yang secara resmi memisahkan urusan agama dengan urusan negara.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler