Mengerikan! Akan Terjadi Perang Sipil Jika Trump Lakukan Ini, Mardigu: Kalau Perlu Anak STM Lapor Ya

- 13 Januari 2021, 16:47 WIB
Mardigu (kanan) yang menyebut akan terjadi perang sipil jika Donald Trump (kiri) memaksa melakukan hal ini.
Mardigu (kanan) yang menyebut akan terjadi perang sipil jika Donald Trump (kiri) memaksa melakukan hal ini. /Kolase foto dari Instagram mardiguwp dan USA Today

PR BEKASI - Pengamat politik luar negeri, Mardigu Wowiek Prasantyo menyebut bahwa akan terjadi civil war (perang sipil) jika Donald Trump memaksa melakukan hal ini usai pada 7 Januari 2021 Joe Biden telah diputuskan sebagai pemenang Pilpres Amerika Serikat (AS).

Bahkan menanggapi kemungkinan tersebut, Mardigu menawarkan Trump ajak anak STM jika diperlukan.

"Untuk Trump kalau perlu anak STM lapor lapor ya bos, kita banyak stok," ujarnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Bossman Mardigu, Rabu, 13 Januari 2021.

Dalam konstitusi Amerika seperti yang telah diketahui, kongres harus menyatakan presiden yang akan dilantik pada tanggal 20 Januari adalah hasil keputusan kongres dalam electoral college vote tertanggal 6 Januari 2021.

Baca Juga: Kesal Masih Banyak Orang yang Tolak Dites Covid-19, Agnez Mo: Egois dan Tak Bertanggung Jawab

Namun seperti yang kita ketahui pada 6 Januari kemarin, terjadi demo yang menyerang Gedung Capitol (Parlemen) tersebut yang berefek sidang tidak bisa memutuskan per tanggal 6 Januari.

Barulah pada pagi harinya, yaitu pada 7 Januari 2021 baru diputuskan pemenang Pilpres AS adalah Joe Biden dan akan dilantik pada 20 Januari 2021.

Menurut hukum tata negara Amerika, Mardigu menjelaskan bahwa keputusan tersebut tidak konstitusional karena menyalahi aturan UUD yang seharusnya diputuskan pada tanggal 6 Januari.

Oleh karena itu ia berkesimpulan bahwa serangan demo pendukung Trump ke Gedung Capitol kemarin ternyata memiliki tujuan khusus.

"Demo ini adalah serangan terencana untuk membuat keputusan kongres menjadi tidak sah karena terlewatnya tanggal 6 Januari," ucapnya.

Baca Juga: Akademisi Sebut Sikap Jokowi Jadi Motivasi Masyarakat Agar Tidak Takut Divaksinasi Covid-19

Tak hanya itu Mardigu juga yakin bahwa demo tersebut adalah serangan terencana dari para pendukung Trump agar bisa masuk ke ruang parlemen tempat anggota kongres bersidang dan mengambil semua laptop mereka yang telah ditinggalkan.

"Semua laptop sudah di Pentagon saat ini, dan hari ini Trump rapat di Pentagon. Apa kira-kira isi rapat di pentagon tersebut?," tanya Mardigu.

Pertama-tama, Mardigu menjelaskan bahwa sebenarnya Trump secara pribadi sudah membuktikan bahwa selama jabatannya menjadi orang nomor satu di AS, dirinya berbeda dengan Joe Biden yang saat menjadi Wapres Barack Obama dipenuhi dengan kasus terorisme dan sejenisnya.

"Sementara Trump secara pribadi, dirinya sudah membuktikan no war dan terorism action tidak dipakai oleh Trump di seluruh dunia selama empat tahun dia menjabat," ucapnya. 

Baca Juga: Cek Fakta: China dan Luhut Binsar Pandjaitan Dikabarkan Rencanakan Pembunuhan Massal kepada Pribumi

Namun kali ini dalam detik-detik terakhir jabatan Trump, Mardigu yakin demi memenangkan jabatan presiden lagi, kegilaan Trump akan dipakai.

"Sehingga menggunakan aksi demo, chaos, terorisme dan militer digunakan sebagai senjata terakhirnya," tuturnya.

Menurutnya, Trump yang belakangan kerap membuka aib Partai Demokrat dan Joe Biden bertujuan agar seluruh dunia tahu betapa buruknya pemerintahan AS di tangan Partai Demokrat.

"Di sisi lain, Trump dan Pentagonnya ambil strategi buka-bukaan informasi ke publik tentang semua hal negatif yang dilakukan oleh Partai Demokrat dan globalis di seluruh dunia, khususnya di Amerika," ucapnya.

"Trump sekarang membuka semua borok Obama, Hillary, Biden, dan puluhan pejabat nasional Amerika, semua dibuka di publik saat ini dengan bukti valid dan banyak," tuturnya.

Baca Juga: Heran Lulusan Nuklir Jadi Menteri Kesehatan, Ribka: Apakah Mau Dibom Semua Ini Covidnya?

Oleh karena itu, jika kegilaan Trump ini dilakukan tanpa henti, Mardigu menduga kemungkinan besar Trump akan menggunakan martial law, yaitu negara dalam keadaan darurat. 

"Hal ini akan membuat Pentagon pengendali negara Amerika, atau negara dalam keadaan darurat militer, yang ada dalam menu saat ini untuk diberlakukan martial law adalah negara bagian Washington, Wisconsin, Michigan, Arizona, dan juga Georgia," ucapnya.

Martial Law adalah Insurrection Act of 1807, yaitu hak di mana presiden yang masih resmi menjabat bisa menurunkan militernya di dalam negara bagian yang bermasalah, lalu mengambil alih negara bagian tersebut karena suatu keadaan yang mendesak atau darurat.

Namun tanya Mardigu, akankah Trump tega melaksanakan dan menjalankan perintah tersebut?

"Jawaban banyak pengamat mengatakan iya, namun saya secara pribadi ragu," jawabnya.

Baca Juga: Putrinya Dinikahi Arie Kriting, Ibunda Indah Permatasari: Saya Enggak Datang, Muak Lihat Orang Itu

Tetapi jika kemudian ternyata Trump memutuskan untuk menjalankan perintah tersebut, maka Mardigu yakin yang akan terjadi adalah perang sipil.

"Yang akan terjadi? Maka jawabannya bisa jadi civil war (perang sipil) 2.0 di Amerika," ucapnya.

Namun menurutnya itu bukan tipe Trump, Trump bukan penggemar darah tumpah. 

"Dia asshole tapi tidak berdarah tangannya. Dia bukan seperti Biden yang kalau dilantik nanti akan pakai CIA menjadi alat yang sangat mengerikan," tutup Mardigu.***

Editor: Puji Fauziah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x