Terus-menerus Jadi Sasaran Bom Houthi, Dua Juta Pengungsi Yaman Melarikan Diri

- 2 April 2021, 13:22 WIB
Ilustrasi pengungsi di Yaman yang sudah mencapai 2 juta jiwa.
Ilustrasi pengungsi di Yaman yang sudah mencapai 2 juta jiwa. /Pixabay/Geralt/Pixabay

PR BEKASI - Jumlah pengungsi yang melarikan diri dari provinsi yang saat ini dikendalikan oleh kelompok Houthi di Yaman dilaporkan telah mencapai dua juta.

Duta Besar Yaman untuk Rusia Ahmed Salem Al-Wahishi mengatakan, para pengungsi tak ingin berlama-lama berada di tengah konflik militer yang membuat Yaman menjadi porak-poranda.

"Jumlah pengungsi yang melarikan diri dari provinsi yang dikuasai Houthi telah mencapai dua juta," katanya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Russian News Agency pada Jumat, 2 April 2021.

Dia menambahkan, beberapa dari pengungsi yang melarikan diri menjadi sasaran dari bom balistik Houthi saat menuju ke Marib.

Baca Juga: Munarman Curigai Aksi Teror Dirancang Khusus, Muannas Bongkar Segala Kebohohannya

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta Malam Ini: Angga Ceritakan Tentang Andin yang Sebenarnya, Akhirnya Mama Rosa Sadar 

Utusan itu menunjukkan bahwa pemerintah Yaman tanpa lelah bekerja untuk meringankan penderitaan warganya.

Dia menyebut semua pembicaraan itu dilakukan untuk memulihkan keamanan dan stabilitas di negara tersebut.

"Misalnya, perwakilan pemerintah berada di Stockholm, Swiss dan Kuwait untuk berdialog dengan Houthi dan mengakhiri perang," kata diplomat itu.

Ahmed Salem menyatakan bahwa pemerintahnya selalu serius dengan niat yang diutarakannya.

Akan tetapi, Houthi masih terus-menerus bersikap keras kepala dalam menerapkan kesepakatan.

Baca Juga: [LINK LIVE STREAMING] Laga Hidup Mati Persib vs Persiraja Malam Ini, Robert Albert: Kami Ingin Menang 

"Pemerintah kami selalu serius tentang niatnya, tetapi Houthi terus-menerus keras kepala dalam menerapkan kesepakatan yang dicapai dengan pihak mana pun," jelasnya.

Dalam konflik ini, duta besar Yaman menyuarakan keyakinan bahwa, "cakrawala waktu" untuk menyelesaikan konflik bergantung sepenuhnya pada pendekatan konstruktif Houthi terhadap proses negosiasi.

"Hanya jika mereka serius untuk mengakhiri perang dan penderitaan rakyat serta implementasi perjanjian damai," ujarnya.

Oleh karena itu, dia menyampaikan, tak boleh ada yang menutup mata terhadap semua pelanggaran hukum internasional yang terjadi di Yaman, yang dikatakan PBB sebagai krisis kemanusiaan terbesar.

Karena, dipaparkannya, tindakan pengabaian yang menutup mata itu kemungkinan besar akan menyeret perang dan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi lebih jauh.

Baca Juga: H-1 Jelang Pernikahan Aurel-Atta, Sang Desainer Akhirnya Bocorkan Konsep Busana untuk Akad Nikah 

Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Vershinin mengatakan di konferensi internasional tentang Suriah, bahwa keruntuhan sosial dan ekonomi Suriah akan menyebabkan gelombang baru pengungsi.

Dia pun menggarisbawahi kalau kejadian yang sama dapat terjadi di Yaman dan Libya ketika banyak  pengungsi yang menyelamatkan diri dari daerah peperangan.

"Lubang hitam lain bisa muncul di Timur Tengah serupa dengan Yaman dan Libya, sedangkan Barat, terutama negara-negara Eropa, akan dilanda gelombang pengungsi berskala besar lainnya," katanya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: TASS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x