Tetapi, dirinya memperingatkan bahwa publisitas yang diberikan untuk kasus Sindrom Havana sebelumnya telah membuat beberapa orang menafsirkan kembali gejala yang mereka derita.
“Mereka bertanya-tanya apakah mereka mungkin menjadi korban dari beberapa bentuk serangan yang sebelumnya tidak mereka alami. Jadi jumlah kasus baru tidak serta merta mencerminkan jumlah kasus baru,” katanya.
Diketahui, sejak tahun lalu beberapa diplomat As di Kuba dan China mengaku menderita cedera otak yang disebut Sindrom Havana.
Pada bulan Desember lalu, Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional menerbitkan sebuah laporan yang mengatakan bahwa Sindrom Havana kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa bentuk serangan gelombang mikro.
Cheryl Rofer, mantan ahli kimia di Laboratorium Nasional Los Alamos, telah mempertanyakan kesimpulan penelitian tersebut.
Diketahui penelitian tersebut didapat dari wawancara dengan para korban dan beberapa ahli bahwa semacam senjata gelombang mikro yang dikembangkan oleh musuh bertanggung jawab atas sindrom Havana,” katanya.
Menurutnya, bukti efek gelombang mikro dari tipe yang dikategorikan sebagai Sindrom Havana sangat lemah.
“Tidak ada pendukung ide yang menjelaskan bagaimana senjata itu akan bekerja. Tidak ada bukti yang ditawarkan bahwa senjata semacam itu dikembangkan oleh negara manapun,” katanya.