Pasca Gencatan Senjata Israel-Hamas, Kebijakan Prioritas Joe Biden Terpaksa Dirombak Ulang

- 24 Mei 2021, 16:15 WIB
Pejabat AS akan menyusun ulang prioritas kebijakan Biden di Gaza.
Pejabat AS akan menyusun ulang prioritas kebijakan Biden di Gaza. /Reuters/Jonathan Ernst

PR BEKASI - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden bertekad akan memfokuskan waktu dan energinya dalam menangani pandemi Covid-19.

Setelah resmi menjabat pada Januari lalu, Joe Biden kini menjadi sorotan dunia.

Pasalnya, setelah gencatan senjata disepakati Israel dan Hamas, warga Palestina di Gaza saat ini membutuhkan diplomasi AS di belakang layar dengan intensif.

Baca Juga: Tiba-tiba Dapat Pertanyaan soal Alien dan UFO, Joe Biden: Nanti Saya Tanyakan pada Barack Obama

Dengan beberapa pejabat AS diminta untuk mengatur ulang prioritas mereka ketika berusaha untuk menstabilkan gencatan senjata yang sebelumnya telah disetujui Israel dan Hamas.

Kemudian kembali menyusun rencana bantuan rekonstruksi untuk Palestina dan mencegah terulangnya  kembali peristiwa yang sebelumnya terjadi, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Tribune.com pada Senin, 24 Mei 2021.

Sementara itu menurut pejabat AS, fokusnya saat ini adalah untuk melakukan kepada apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan tujuan untuk bergerak mencegah kekerasan, sehingga para pejabat AS dapat melakukan semua yang mereka bisa untuk meminimalkan kemungkinan bahwa mereka akan kembali dalam waktu lima tahun atau dua tahun ke depan.

Baca Juga: Janji Bantu Rakyat Palestina dengan Syarat, Joe Biden: Tak Akan Ada Perdamaian Sampai Mereka Akui Yahudi

Biden masih belum menunjukkan minat untuk segera terjun ke dalam upaya baru dalam merevitalisasi perdamaian yang sudah lama tidak aktif.

Sementara sebagian besar analis melihat bahwa tidak ada prospek untuk menghasilkan negosiasi tersebut berhasil.

Tetapi sudah muncul tanda-tanda perkembangan dari keterlibatan AS yang sekarang telah diperbarui karena gencatan senjata Israel-Palestina.

Hal ini terjadi setelah Biden menghadapi tekanan berat untuk mengambil peran dengan lebih tegas, serta lebih kuat dengan Israel, sehingga ada kemajuan dari Demokrat untuk dukungannya dalam kemenangan pemilu 2020.

Baca Juga: Joe Biden Masih Setia Dukung Israel, Benjamin Netanyahu Diyakininya Tak Akan Langgar Janji

Selanjutnya tugas utama AS adalah mengumpulkan bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi utama untuk Gaza.

Setelah berhari-hari serangan udara Israel kepada warga Palestina, yang menyebabkan 16.800 rumah telah rusak, dan penduduk hanya menerima listrik tiga atau empat jam sehari. Pejabat Palestina juga memperkirakan biaya rekonstruksi mencapai hingga puluhan juta dolar.

Biden mengatakan pada Kamis bahwa Amerika Serikat akan bekerja melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan pemangku kepentingan internasional lainnya.

Baca Juga: Joe Biden Janjikan Bantuan, Jamin Akan Salurkan Langsung pada Otoritas Palestina Bukan Hamas

Kemudian bantuan tersebut akan dikoordinasikan dengan Otoritas Palestina, yaitu kepada Presiden Mahmoud Abbas yang hanya memerintah di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki.

Pejabat AS mengatakan bahwa pemerintahnya sedang mempersiapkan paket bantuan dengan harapkan segera mungkin.

Hal Itu akan menjadi tambahan dari 235 juta dolar bantuan AS untuk Palestina yang diumumkan pada April lalu, kemudian memulai kembali pendanaan untuk badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mendukung pengungsi dan memulihkan bantuan lain yang dihentikan oleh Presiden Donald Trump saat itu.

Langkah lain yang sedang dipertimbangkan bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan Palestina yang hampir runtuh selama masa jabatan Presiden Donald Trump.

Baca Juga: Mesir Tuai Pujian Usai Gencatan Senjata Israel-Hamas, Joe Biden Ucapkan Terimakasih

Pemerintah AS juga akan membuka kembali konsulat AS di Yerusalem Timur yang melayani Palestina.

Pejabat AS juga mengatakan bahwa pada saat yang sama, pemerintahan Biden akan memanfaatkan perjanjian Abraham, yaitu di mana kesepakatan yang dicapai di bawah  Presiden Donald Trump untuk normalisasi hubungan antara Israel dan tetangga Teluk Bahrain dan Uni Emirat Arab serta Maroko dan Sudan, untuk membantu memfasilitasi kontak antara Israel dan Palestina.

Hal tersebut menyebabkan banyak dari orang Palestina mengatakan bahwa mereka merasa dikhianati oleh saudara-saudara Arab karena menyetujui kesepakatan dengan Israel tanpa menuntut kemajuan menuju pembentukan negara Palestina.

Halaman:

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Tribune.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x