Peneliti Ungkap Vitamin D Belum Tentu Bisa Kurangi Risiko Tertular Covid-19

- 5 Juni 2021, 09:31 WIB
Peningkatan kadar vitamin D mungkin tidak melindungi dari COVID-19.
Peningkatan kadar vitamin D mungkin tidak melindungi dari COVID-19. /Reuters/Dado Ruvic/Illustration

PR BEKASI - Tidak ada bukti genetik bahwa vitamin D dapat mengurangi risiko tertular Covid-19.

Meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa vitamin D berfungsi sebagai tindakan perlindungan terhadap Covid-19.

Hal itu dikarenakan bahwa vitamin D berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.

Baca Juga: Akun Facebooknya Diblokir Selama 2 Tahun, Donald Trump Murka: Ini adalah Penghinaan!

Pada awal pandemi, penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat nutrisi yang lebih rendah dapat meningkatkan kerentanan terhadap Covid-19.

Sementara para peneliti di McGill University Kanada menilai bahwa hubungan antara kadar vitamin D dan kerentanan Covid-19 berdasarkan perbandingan genetik, antara lain lebih dari 14.000 orang yang memiliki penyakit dan 1,2 juta orang dari 11 negara yang tidak memiliki penyakit.

Mereka menemukan bahwa di antara orang yang tertular virus, tidak ada perbedaan antara kadar vitamin D.

Baca Juga: Arie Untung Ngaku Sedih Pintu Surga Ditutup karena Haji 2021 Batal, Ferdinand: Dia Pikir Surga Seperti Kostan

Para peneliti juga mengatakan tidak ada cukup bukti bahwa suplemen vitamin D dapat mencegah atau mengobati penyakit.

“Sebagian besar penelitian vitamin D sangat sulit untuk ditafsirkan karena mereka tidak dapat menyesuaikan faktor risiko yang diketahui untuk Covid-19 yang parah seperti usia yang lebih tua atau memiliki penyakit kronis, yang juga merupakan prediktor vitamin D yang rendah,” kata Guillaume Butler-Laporte selaku dokter dan peneliti di McGill, dikuti Pikiranrakyat-Bekasi.com melalui UPI, Sabtu, 5 Juni 2021.

Kemudian para peneliti mengatakan bahwa dengan menggunakan pengacakan Mendel, mereka dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hubungan antara vitamin D dan Covid-19.

Baca Juga: Ditinggal Sebentar ke Minimarket, Rumah Warga di Bekasi Dibobol Maling

Selain itu, juga dapat dengan lebih mempertimbangkan faktor risiko penyakit yang diketahui.

Tetapi para peneliti juga mencatat bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan.

Seperti halnya tidak memperhitungkan pasien yang benar-benar kekurangan vitamin D dan menggunakan varian genetik yang hanya dari keturunan Eropa.

Baca Juga: Calon Jemaah Haji Batal Berangkat, Puan Maharani Minta Kuota Indonesia Selanjutnya Ditambah

“Suplementasi vitamin D sebagai ukuran kesehatan masyarakat untuk meningkatkan hasil tidak didukung oleh penelitian ini,” kata para peneliti dalam penelitian tersebut.

"Yang paling penting, hasil kami menunjukkan bahwa investasi di jalan terapeutik atau pencegahan lainnya harus diprioritaskan untuk uji klinis acak Covid-19," sambungnya.

Sementara itu, studi lebih lanjut juga diperlukan untuk mengeksplorasi hubungan antara vitamin D dan hasil Covid-19 pada populasi lain.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: UPI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah