Industri Pakaian Terancam Tenggelam Gegara Naiknya Permukaan Laut, Begini Penjelasan Analis

- 19 Juli 2021, 16:00 WIB
Industri pakaian di Asia terancam tenggelam akibat naiknya permukaan laut? Begini penjelasan analis.
Industri pakaian di Asia terancam tenggelam akibat naiknya permukaan laut? Begini penjelasan analis. /Dok. ANTARA

PR BEKASI - Industri penghasil pakaian jadi di Asia diprediksi akan tenggelam pada 2030 oleh naiknya permukaan air laut.

Sebuah studi analisis AS menunjukkan bahwa peta kenaikan permukaan laut ke lokasi pabrik mengancam ribuan pemasok dengan perendaman kecuali mereka pindah ke tempat yang lebih tinggi.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Senin, 19 Juli 2021, studi analisis terkait ancaman pada industri pakaian tersebut dirilis pada Jumat, 16 Juli 2021.

Baca Juga: Resmi! Perusahaan Industri di Bekasi Wajib Siapkan Ruang Isolasi Bagi Karyawannya yang Positif Covid-19

Analisis yang dihasilkan oleh dua peneliti Cornell yang ditugaskan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), memperingatkan bahwa masalah kenaikan permukaan laut mendapat sedikit perhatian dari upaya-upaya keberlanjutan terkemuka di sektor ini.

"Peningkatan cepat kenaikan permukaan laut dan panas yang akan mempengaruhi banyak pekerja pakaian jadi Asia secara langsung telah mendapat sedikit perhatian," tulis penulis Jason Judd dan J. Lowell Jackson dari pusat penelitian Cornell New Conversations Project.

"Tampaknya beberapa pusat produksi pakaian jadi yang mewakili persentase signifikan dari output saat ini tidak akan lepas dari proyeksi percepatan krisis iklim," tulisnya.

Baca Juga: Perusahaan Pakaian Asal Amerika Jual Celana Jeans Motif Ngompol, Harganya Bikin Geleng-geleng Kepala

Sementara untuk pemasok transnasional yang lebih besar mungkin dapat menutup fasilitas di daerah rentan dan mengkonsolidasikan produksi di tempat yang lebih tinggi.

Sedangkan untuk pemasok skala kecil akan paling tidak akan terkena dampak.

"Kami khawatir. Ini adalah ancaman yang nyata. Semakin banyak pabrik menjadi lebih peduli lingkungan. Pabrik kami masih bisa tenggelam," kata Shahidullah Azim.

Baca Juga: Relaksasi PPnBM Resmi Diperpanjang Pemerintah, Pelaku Industri Otomotif Tanah Air Sumringah

"Tetapi kami tidak dapat memindahkan pabrik kami ke lokasi yang lebih tinggi dalam semalam. Kami sudah melewati waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya karena pandemi. Dari mana kami akan mendapatkan uang? Siapa yang akan membayar kami?," katanya.

Sementara analisis yang meliputi kota Jakarta, Phnom Penh, Tirippur, Dhaka, Guangzhou, Columbo, dan Ho Chi Minh City, melapisi peta lokasi pabrik dari database pabrik open-source Open Apparel Registry ke data.

Data tersebut terdapat dari think-tank perubahan iklim pusat AS, di mana ketinggian akan turun di bawah tingkat banjir pantai rata-rata sekali per tahun pada 2030.

Baca Juga: Protes Aturan Lockdown, Warga Perancis Ramai-ramai Kirim Pakaian Dalam ke Kantor Perdana Menteri

Data Climate Central yang didasarkan pada proyeksi dari kumpulan data global yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah yang ditinjau sejawat, menurut situs webnya.

Selain itu, peta-peta di atasnya melukiskan gambaran paling buruk di Kota Ho Chi Minh, Vietnam dan Guangzhou di China.

Baca Juga: Dukung Pemerintah, Pabrik Fesyen di Jepang Produksi Masker dari Bahan Pakaian Dalam Wanita

Di mana diperkirakan 50-60 persen pabrik akan berada di bawah tingkat rata-rata banjir pantai tahunan pada akhir dekade ini.

"Ini menyerukan tindakan mendesak di tingkat global untuk mengurangi emisi untuk membatasi pemanasan sekaligus menyediakan dana bagi para pekerja untuk beradaptasi dengan dampak buruk perubahan iklim," kata Saleemul Huq selaku Direktur Pusat Internasional untuk Perubahan Iklim dan Pembangunan di Independent University, Bangladesh.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x