Media Asing Kembali Soroti Peristiwa KRI Nanggala 402, Kebijakan Pemerintah dan Anggaran Dipertanyakan

- 5 Agustus 2021, 16:50 WIB
Media asing menyoroti peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 dan kebijakan pemerintah hingga anggaran dipertanyakan.
Media asing menyoroti peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 dan kebijakan pemerintah hingga anggaran dipertanyakan. /AFP

 

PR BEKASI - Media asing menyoroti kondisi bidang maritim di Indonesia.

Seperti diketahui bahwa Indonesia sempat dirundung duka akibat tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402.

Berda Asmara masih ingat percakapan terakhirnya dengan suaminya, Guntur Ari Prasetyo, sebelum dia berlayar pada April di kapal selam Indonesia KRI Nanggala 402.

Sersan berusia 39 tahun itu mengatakan kepadanya melalui panggilan video untuk mendoakannya agar dia bisa segera kembali. “Kapan kamu akan pulang?” tanya pria 33 tahun itu kepada suaminya. Sabtu atau Minggu, jawabnya.

Baca Juga: Media Asing Soroti Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Capai 7,07 Persen di Q2 Tertinggi Sejak Covid-19 Melanda

Namun pada Rabu, 21 April, kapal selam itu tenggelam di Laut Bali saat latihan.

Dalam peristiwa tersebut dilaporkan bahwa awaknya yang berjumlah 53 orang semuanya tewas.

Ternyata kapal selam itu telah retak terbuka dan pecah menjadi tiga bagian, di salah satu kerugian masa damai terburuk Angkatan Laut Indonesia.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Channel News Asia pada Kamis, 5 Aguistus 2021, namun, para analis mengatakan bahwa kecelakaan itu ternyata bisa dihindari.

Baca Juga: Terpaksa Barter Sepatu demi Susu Anak, Ayah di Solo Jadi Sorotan Media Asing

Untuk satu hal, siklus hidup khas kapal selam angkatan laut adalah sekitar 30 hingga 35 tahun.

Sementara itu, KRI Nanggala 402 sudah berusia 44 tahun.

“Biasanya, semakin tua kapal selam, semakin berisiko untuk mengoperasikannya meskipun perawatan rutin dan perombakan rutin,” kata I Gusti Bagus Dharma Agastia, asisten profesor di Program Studi Hubungan Internasional President University.

“Nanggala adalah kapal buatan Jerman yang sangat maju pada masanya,” kata Ridzwan Rahmat, analis utama badan intelijen pertahanan Janes.

Baca Juga: Media Asing Soroti 'Kebaikan' ARMY Indonesia, Inisiatif Gelar Acara Vaksinasi Covid-19 untuk Umum

“Karena masalah pendanaan, mereka tidak punya pilihan selain meningkatkan banyak sistem kapal di Korea Selatan, daripada dengan pabrikan asli," katanya.

“Anda dapat membayangkan mungkin ada beberapa masalah kompatibilitas dalam peralatan sistem," katanya, melanjutkan.

Tragedi tersebut telah menimbulkan pertanyaan tentang keadaan angkatan laut Indonesia dan upaya negara untuk meningkatkan aset militernya.

Seperti yang diketahui oleh program Insight, kekurangan anggaran dan pandemi Covid-19 mungkin menenggelamkan visi Indonesia menjadi kekuatan maritim.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Chanel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x