China Larang Ujian dan PR bagi Siswa SD Usia 6 hingga 7 Tahun, Disebut Membebani Anak

- 31 Agustus 2021, 14:15 WIB
Ilustrasi siswa sekolah. China melarang pelaksanaan ujian tertulis bagi siswa berusia 6 hingga 7 tahun.*
Ilustrasi siswa sekolah. China melarang pelaksanaan ujian tertulis bagi siswa berusia 6 hingga 7 tahun.* /Reuters/Damir Sagolji

PR BEKASI - China mengumumkan larangan pelaksanaan ujian tertulis untuk anak usia enam dan tujuh tahun pada Senin, 30 Agustus 2021.

Pelarangan ujian tertulis ini merupakan bagian dari reformasi pendidikan di China.

Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanan pada murid dan orang tua dalam sistem pendidikan yang hiper-kompetitif di China.

Baca Juga: China Batasi Anak Usia di Bawah 18 Tahun Bermain Game Online, Hanya 3 Jam Seminggu

Sistem ujian berorientasi China sebelumnya diperlukan siswa untuk mengambil ujian dari kelas 1 dan seterusnya.

Puncak dari ujian yang ada di China yaitu saat ujian masuk yang dinilai krusial pada usia 18 dikenal sebagai gaokao (高考).

Skor tunggal dari gaokao dinilai dapat menentukan jalan kehidupan seorang anak.

Baca Juga: Stasiun TV Terbesar China Tayangkan Program Wisata Bali dan Budaya Indonesia, Berikut Ini Spoilernya

"Ujian terlalu sering, menyebabkan siswa terbebani dan berada di bawah tekanan ujian yang besar," telah dibatalkan oleh Kementerian Pendidikan China, pedoman baru yang dirilis kemarin mengatakan.

Kementerian mengatakan bahwa tekanan pada murid sejak usia muda “membahayakan kesehatan mental dan fisik mereka.”

Peraturan tersebut juga membatasi ujian di tahun-tahun wajib belajar lainnya hanya satu kali semester, dengan ujian tengah semester dan ujian tiruan diperbolehkan di sekolah menengah pertama.

Baca Juga: China Minta Amerika Serikat Terima Taliban Jadi Pemerintah Sah Afghanistan: Jangan Main Standar Ganda

Langkah-langkah tersebut adalah bagian dari reformasi pemerintah yang lebih luas di sektor pendidikan China, yang mencakup tindakan keras terhadap sekolah-sekolah yang terlalu padat dan membebani.

Akhir bulan lalu, China memerintahkan semua perusahaan les privat untuk menjadi nirlaba, dan melarang agen les memberikan pelajaran dalam mata pelajaran inti pada akhir pekan dan hari libur, yang secara efektif melumpuhkan sektor tersebut senilai US$100 miliar.

Tujuannya adalah untuk mengurangi ketidaksetaraan pendidikan di China, di mana beberapa orang tua kelas menengah rela mengeluarkan 100.000 yuan Rp221 juta atau lebih per tahun untuk les privat agar anak-anak mereka masuk sekolah unggulan.

Baca Juga: Kekeh Tarik Pasukan AS dari Afghanistan, Joe Biden Disebut Beri Sinyal Fatal soal Kebangkitan China
 
Claudia Wang, mitra dan pemimpin pendidikan Asia di perusahaan konsultan yang berbasis di Shanghai, Oliver Wyman mengatakan bahwa budaya bimbingan di China kuat.

“Tidak ada negara lain yang memiliki budaya bimbingan belajar yang kuat [seperti China],” kata Claudia Wang seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Taipei Times pada Selasa, 31 Agustus 2021.

Otoritas kota Beijing pekan lalu mengumumkan bahwa guru harus merotasi sekolah setiap enam tahun, untuk mencegah konsentrasi talenta terbaik di beberapa sekolah.

Baca Juga: China Dituduh Halangi AS Selidiki Asal-usul Covid-19, Joe Biden Murka: Dunia Layak Mendapatkan Jawaban

Pejabat pendidikan kemarin menegaskan kembali larangan sekolah mendirikan kelas "prioritas" untuk siswa berbakat.

Kementerian juga melarang pekerjaan rumah tertulis untuk siswa Kelas 1 dan 2 awal tahun ini, dan membatasi pekerjaan rumah untuk siswa SMP tidak lebih dari 1,5 jam per malam.

Namun, banyak orang tua China masih menganggap pendidikan sebagai jalan menuju mobilitas sosial.

Gaokao adalah salah satu dari beberapa cara siswa pedesaan dapat mengakses peluang yang lebih baik pendidikan dan prospek pekerjaan di universitas top.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Taipei Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x