Dekati Taliban, China Bersiap Garap Tambang Kaya Tembaga di Afghanistan

- 13 September 2021, 13:55 WIB
Perusahaan China bersiap menggarap tambang di Afghanistan pasca diambil alih Afghanistan.
Perusahaan China bersiap menggarap tambang di Afghanistan pasca diambil alih Afghanistan. /Reuters/Jalil Ahmad

PR BEKASI - Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan, China menjadi salah satu negara yang menyatakan dukungannya secara terang-terangan.

Bahkan China berupaya untuk membangun hubungan yang baik dengan Taliban dan Afghanistan.

Belum lama ini perusahaan asal China dikabarkan akan menggarap tambang tembaga di Afghanistan.

Baca Juga: Tuding Pakistan Sponsori Pembentukan Kelompok Teroris Taliban, Diplomat Kanada: Mereka Hanya Mesin Militer

Jiangxi Copper Co. Ltd bersama Metallurgical Corp of China (MCC) tengah melakukan pemantauan di Afghanistan guna bekerja sama dengan tambang Mes Aynak, apabila memungkinkan.

Sebagai informasi, Jiangxi Copper dan MCC menyewa tambang yang memiliki 11,8 juta ton tembaga ini selama 30 tahun, terhitung sejak 2008.

Selain itu, Jiangxi Copper turut memegang 25 persen saham dalam proyek tersebut.

Baca Juga: Larang Perempuan Afghanistan Jadi Menteri, Taliban: Tugas Mereka Melahirkan

“Karena situasi yang tidak stabil di Afghanistan, tambang tembaga Mes Aynak yang diinvestasikan oleh perusahaan belum mengalami konstruksi substansial,” Zheng Gaoqing, ketua Jiangxi Copper dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari The Asahi Shimbun.

Dia menjelaskan, perusahaan tersebut akan memantau situasi dan mendorong proyek tersebut apabila memungkinkan.

Sebelumnya, Taliban berhasil menguasai Afghanistan usai menggulingkan pemerintahan yang selama ini didukung oleh Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Taliban Dituding Bunuh Saudara Mantan Wakil Presiden Afghanistan, Saksi Ungkap Hal Mengejutkan

AS dan pasukan internasional lainnya juga mundur dari negara itu setelah menjalankan misi selama 20 tahun.

Sedangkan Mes Aynak terletak sekitar 40 kilometer di tenggara Ibu Kota Kabul. Wilayah itu juga memuat situs reruntuhan Buddho kuno yang kini terancam pelestariannya.

Di sisi lain, harga tambang di Shanghai Futures Exchange China pada 2021 melonjak hingga lebih dari 21 persen.

Peningkatan ini ditopang oleh berangsur pulihnya permintaan dan stimulus ekonomi global usai dihantam pandemi Covid-19.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: The Asahi Shimbun


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x