Tak Ada Perayaan Natal di Korea Utara, Timothy Cho Ungkap Alasannya

- 27 Desember 2021, 15:24 WIB
Umat Kristen di Korea Utara tidak bisa merayakan Natal dengan Damai karena terancam diburu oleh rezim Kim Jong Un.
Umat Kristen di Korea Utara tidak bisa merayakan Natal dengan Damai karena terancam diburu oleh rezim Kim Jong Un. /REUTERS/Lee Jae Won

 

PR BEKASI – Pada 25 Desember 2021 lalu, seluruh umat Kristen di seluruh dunia merayakan Natal dengan damai meskipun dalam suasana pandemi.

Namun, perayaan Natal yang dirayakan oleh umat Kristen di seluruh dunia tidak dapat dirasakan oleh umat Kristen di Korea Utara.

Diketahui, rezim Korea Utara akan memburu dan menembak umat Kristen di negara tersebut bila mereka kedapatan merayakan Natal oleh rezim Kim Jong Un.

Hal tersebut dikatakan oleh Timothy Cho seorang umat Kristen Korea Utara yang berhasil meninggalkan negara tirai besi tersebut.

Baca Juga: Menyeramkan! Kim Jong Un Bakal Tembak Mati di Tempat Warga Korea Utara yang Ketahuan Rayakan Natal

Timothy Cho diketahui saat ini bekerja untuk Open Doors, sebuah badan amal yang membantu mendukung orang-orang Kristen yang dianiaya.

Menurutnya, agama apapun di Korea Utara selain selain menyembah dinasti Kim, maka akan peredarannya dilarang di negara itu.

Hal tersebut memaksa umat Kristen untuk pergi ke bawah tanah untuk mempertahankan iman mereka.

Ditambah lagi, di Korea Utara, perayaan Natal berdekatan dengan perayaan kelahiran nenek dari Kim Jong Un, Kim Jong Suk yang dilaksanakan setiap tanggal 24 Desember setiap tahunnya sehingga perayaan lain akan dianggap melanggar.

Baca Juga: Kim Jong Un Paksa Warga Korea Utara untuk Berkabung Selama 11 Hari, Peringati 10 Tahun Kematian Ayahnya

"Saya yakin mereka akan diburu. Rezim Kim Jong Un akan mendesak rakyat untuk menunjukkan kesetiaan penuh mereka kepada dinasti Kim,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Senin, 27 Desember 2021.

"Dalam waktu ini, jika ada yang ditangkap karena diam-diam merayakan Natal, mereka bisa langsung dihabisi,” tambahnya.

Selain akan dihabisi di tempat, umat Kristen Korea Utara juga dikatakan olehnya dapat dimasukan ke kamp penjara kerja paksa selama seumur hidup.

"Mereka masih membutuhkan otoritas untuk eksekusi publik, tetapi satu-satunya di mana mereka tidak membutuhkannya adalah untuk orang Kristen atau tahanan politik di kamp penjara,” katanya.

Baca Juga: Kim Jong Un Peringatkan Adanya Ancaman yang Mengintai Korea Utara di Tahun 2022

"Jika mereka tidak merayakan istri Kim, tidak dapat dihindari apa konsekuensinya jika mereka ditemukan," tambahnya.

Timothy Cho juga mengklaim kelahiran Kim Jong Il, pendiri Korea Utara sekaligus kakek dari Kim Jong Un telah dimitologikan untuk meniru kelahiran Kristus.

Berdasarkan data yang dirilis Open Doors, diperkirakan ada 400.000 penganut Kristen di Korea Utara, tetapi mereka harus tetap menyembunyikan keimanan mereka dari rezim yang mematikan.

Namun, banyak orang Kristen telah dikirim ke kamp penjara kerja paksa karena iman mereka.

Baca Juga: Korea Utara Hadapi Krisis Ekonomi, Kim Jong Un Desak Warganya untuk Berjuang Sepanjang Tahun 2022

Padahal, saat kedua Korea belum terpecah seperti sekarang, Pyongyang yang merupakan ibu kota Korea Utara saat ini dikenal dengan juluk “Yerusalem dari timur” karena jumlah persentase umat Kristen yang besar di Korea.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah