UNAIDS Sebut Pasien HIV di Tiongkok Berisiko Kehabisan Obat AIDS Akibat Virus Corona

- 20 Februari 2020, 14:32 WIB
ILUSTRASI Obat-obatan.*
ILUSTRASI Obat-obatan.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT – United Nations on HIV and AIDS (UNAIDS) menyebut pasien HIV yang berada di Tiongkok berisiko kehabisan obat.

Kekhawatiran tersebut berdasarkan sulitnya akses untuk memberikan obat akibat karantina dan isolasi yang tengah dilakukan oleh Pemerintah Tiongkok sejak beberapa waktu lalu demi mencegah penyebaran virus corona lebih luas lagi.

Dikutip oleh Pikiranrakyat-bekasi.com dari Reuters, sebelumnya UNAIDS telah melakukan survei terhadap 1.000 orang dengan HIV di Tiongkok mengenai pengaruh kasus virus corona bagi kehidupan mereka.

Baca Juga: Jumlah Penyebaran Virus Corona Meningkat, KBRI Seoul Imbau WNI Tingkatkan Kewaspadaan dan Perhatikan Kesehatan

Hasilnya cukup mengejutkan, kasus virus corona memiliki dampak besar dan cukup membatasi mobilitas orang dengan HIV di Tiongkok.

Satu pertiga dari mereka mengaku isolasi yang dilakukan pemerintah bisa menyebabkan orang dengan HIV akan kehabisan obat dalam beberapa hari ke depan.

Selain itu berdasarkan survei yang dilakukan UNAIDS, 48,6 persen dari mereka mengaku tidak tahu dimana mereka bisa mendapatkan terapi antiretroviral setelah ketersediaan yang masih ada sekarang habis.

Baca Juga: Beredar Kabar Serangan Gagak dan Nyamuk Besar di Tiongkok sebagai Azab di Tengah Virus Corona

Direktur Eksekutif UNAIDS Winnie Byanyima menegaskan dalam situasi apapun orang dengan HIV harus terus mendapatkan obat HIV.

“Orang-orang dengan HIV harus terus mendapatkan obat-obatan demi keberlangsungan hidup mereka,” tutur Winnie Byanyima.

Menurut Direktur Eksekutif UNAIDS tersebut dimanapun tempat obat tidak akan menjadi masalah karena keberlangsungan hidup orang dengan HIV adalah prioritas.

Baca Juga: Manchester City vs West Ham, Kevin De Bruyne Kembali Jadi Aktor Kemenangan The Citizens

“Kami harus memastikan bahwa semua orang dengan HIV harus mendapatkan obat, tidak masalah di manapun tempatnya,” tutur Winnie Byanyima.

Seorang relawan pegiat AIDS mengatakan bahwa ia membuat sebuah grup di media sosial yang melibatkan lebih dari 100 pasien HIV yang didominasi oleh penduduk yang tinggal di Provinsi Hubei untuk membantu memberikan informasi mengenai pasokan obat yang mereka butuhkan.

“Mereka sangat panik, saya harus menghibur mereka di grup itu. Bagi pasien HIV obat itu sangat penting umpama bantuan yang harus ada di garda terdepan,” tutur relawan tersebut.

Baca Juga: Antisipasi Aksi Teror, Ma’ruf Amin Paparkan Kriteria Pelaku Tindakan Radikal

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari situs Yayasan Spiritia, hingga kini obat penyembuh infeksi HIV belum ditemukan tetapi ada alternatif lain bernama terapi antiretroviral.

Terapi antiretroviral atau yang biasa disebut dengan ARV tidak dapat membuhuh virus yang disebabkan oleh HIV, tetapi ARV bisa membantu memperlambat pertumbuhan virus tersebut.

Terapi antiretroviral dapat mengurangi jumlah HIV yang ada dalam aliran darah dan dapat membuat pasien dengan HIV tetap sehat lebih lama.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x