Pensiunan hakim India, Anjana Prakash mengatakan, bahwa pernyataan tersebut dapat menimbulkan ancaman perpecahan besar masyarakat India.
“Tak hanya menimbulkan ancaman besar tidak hanya bagi persatuan dan keutuhan negara kita tetapi juga membahayakan kehidupan jutaan warga Muslim,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Kamis, 13 Januari 2022.
Penganut Muslim dan Kristen yang merupakan kelompok minoritas di India telah lama menjadi sasaran diskriminasi dan penganiayaan agama di bawah pemerintahan BJP.
Hal tersebut dilakukan oleh BJP untuk membuat kembali India yang sekuler dan demokratis menjadi negara Hindu.
Presiden Jamiat Ulama India, organisasi sosial-keagamaan Muslim terbesar di India, menuduh pemerintah India menutup mata terhadap ujaran kebencian terhadap mereka.
Bulan lalu, polisi India menangkap seorang pemimpin agama Hindu, Kalicharan Maharaj, karena diduga membuat pidato yang menghina pemimpin kemerdekaan India, Mahatma Gandhi dan memuji pembunuhnya.
Baca Juga: Persib vs Bali United Malam Ini, Robert Alberts Bertekad Pertahankan Puncak Klasemen
Mahatma Gandhi ditembak mati oleh seorang ekstremis Hindu selama pertemuan doa di ibu kota India pada tahun 1948, karena ia menyerukan persatuan Hindu-Muslim selama pembagian anak benua India menjadi India dan Pakistan.
BJP dan kelompok garis keras mereka, bahkan telah meminta para anggotanya, untuk mencegah penganut Muslim dan Kristen di India berkembang lebih pesat.