Aktivitas China di Laut China Selatan Terlalu Agresif, Analis Khawatir Adanya Kelangkaan Ikan

- 6 Februari 2022, 18:57 WIB
Ilustrasi di Laut China Selatan. Para analis khawatir dengan aktivitas China di wilayah Laut China Selatan.
Ilustrasi di Laut China Selatan. Para analis khawatir dengan aktivitas China di wilayah Laut China Selatan. /Reuters/Stringer

PR BEKASI - Aktivitas China di Laut China Selatan memang sangat agresif, meski sudah mendapat tekanan dari banyak negara.

Masuknya kapal perang Amerika Serikat (AS) dan Eropa di Laut China Selatan membuat Beijing semakin memperketat penjagaan, dengan membangun pulau-pulau buatan yang dimiliterisasi.

Sejumlah latihan militer yang dilakukan Barat dan China di Laut China Selatan, semakin mempertegas konflik di antara negara-negara besar tersebut.

Penegasan luas kedaulatan lepas pantai China dikhawatirkan bisa mengancam ekosistem laut di Asia Tenggara, dan berpengaruh pada masa depan ekonomi kawasan tersebut.

Baca Juga: 4 Zodiak yang Paling Mungkin Menjadi Soulmate Aries, Mulai dari Leo hingga Aquarius

Saat ini China telah menolak untuk mengajukan klaim teritorialnya ke tinjauan internasional. Negeri Tirai Bambu ini juga mengabaikan putusan Permanent Court of Arbitration's (PCA) 2016, yang menegaskan hak bersejarah Filipina atas Kepulauan Spratly dan menolak klaim besar China atas sekitar 90 persen Laut China Selatan.

Melansir laman CNA pada Minggu, 6 Februari 2022, analis bernama James Borton dari Johns Hopkins Foreign Policy Institute mengungkapkan kekhawatirannya.

Menurut Borton, krisis teritorial di Laut China Selatan akan berpengaruh bagi 600 juta penduduk Asia Tenggara.

Pasalnya, tindakan China yang sangat agresif sudah merusak ekosistem maritim dan mata pencaharian masyarakat di wilayah Laut China Selatan.

Baca Juga: Perempuan Jepang akan Dilarang Menikah Usai 100 Hari Cerai demi Kejelasan Status Nasab

Tak hanya karena masalah geopolitik, aktivitas China di Laut China Selatan juga mengancam masa depan kawasan tersebut melalui kerusakan ekologi, lingkungan, dan ekonomi.

Borton juga menyoroti aksi penangkapan ikan di Laut China Selatan yang sangat aktif.

Wilayah Laut China Selatan telah menghasilkan 12 persen tangkapan ika dunia, dan 3,2 juta kapal penangkap ikan terdaftar di lokasi tersebut.

China disebut berkontribusi secara tidak proporsional dengan armada penangkap ikan jarak jauh yang berjumlah 2.500 kapal.

Jumlah kapal tersebut diperkirakan meningkat jadi 17.000, jika dihitung dengan kapal yang tidak terdaftar, atau ilegal.

Baca Juga: Sambangi Rumah Baim Wong, Panji Petualang Temukan Kalajengking hingga Sarang Ular di Dua Titik Ini

Borton yang telah bekerja sama dengan para nelayan, pejabat, dan peneliti melihat adanya penurunan tangkapan ikan.

Dari sekitar 2.500 spesies ikan yang menghuni Laut China Selatan, sejak tahun 2000 tingkat tangkapan ikan menurun hingga 70 persen. Bahkan stok ikan besar menyusut hingga 90 persen.

China selalu menegaskan adanya larangan penangkapan ikan, namun pada kenyataanya, saat China mendorong kapal dari negara lain keluar dari Laut China Selatan, negara tersebut justru tetap melanjutkan kegiatan di zona terlarang dunia.

Tak heran China mengangkut 20 persen dari tangkapan tahunan dunia.***

Editor: Nopsi Marga

Sumber: CNA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x