Kerusuhan yang terjadi di Lembaga Permasyarakatan Puraquequara terjadi seiring dengan pandemi virus corona yang membuat layanan masyarakat di Manaus kewalahan.
Selama pandemi, otoritas setempat menggali banyak liang untuk penguburan massal, mereka bahkan ada dalam kondisi kekurangan peti jenazah.
Siaran televisi Globonews melaporkan rohaniwan penjara nasional di Brasil melayangkan aduan resmi ke kantor pengacara publik di Manaus. Pimpinan agama yang bertugas di penjara itu menduga 300 tahanan sakit dengan gejala mirip virus corona.
Baca Juga: Karyawannya Meninggal Dunia karena Corona, Pabrik di Bekasi Ditutup
Akan tetapi, otoritas terkait menyangkal dugaan tersebut dan menyatakan tidak ada kasus positif virus corona di penjara.
Kantor pengacara publik mengatakan mereka telah mengunjungi penjara pada akhir Maret. Dugaan pihak rohaniwan terkait kondisi di penjara "tidak terbukti".
Namun, risiko penyebaran virus tetap jadi perhatian pengacara publik. Pihak tersebut masih memikirkan cara memindahkan para tahanan yang rentan sakit ke tahanan rumah.
Baca Juga: Pasien Homoseksual dan Biseksual Sembuh dari Corona, Dilarang Sumbangkan Plasma Darahnya
Aksi kekerasan yang sebagian dikendalikan oleh organisasi kriminal, kerap terjadi di Brasil. Pegiat hak asasi manusia menyebut kondisi di penjara mengkhawatirkan karena makanan sulit diperoleh dan banyak sel penjara melebihi kapasitas sehingga tahanan terkadang tidak punya tempat untuk berbaring.
Pada Januari 2017, hampir 150 tahanan tewas akibat bentrok antargeng di beberapa penjara di wilayah utara dan timur laut Brasil. Salah satu di antaranya berlangsung di Manaus. Insiden itu menyebabkan 57 tahanan tewas.