Tingkat Polusi di Tiongkok Kembali Meningkat Pascalockdown Dicabut

- 18 Mei 2020, 21:39 WIB
ILUSTRASI aktivitas pabrik industri menghasilkan polusi udara yang tidak baik untuk kesehatan.*
ILUSTRASI aktivitas pabrik industri menghasilkan polusi udara yang tidak baik untuk kesehatan.* /Pixabay/

PIKIRAN RAKYAT - Tingkat polusi udara di Tiongkok kembali meningkat di atas rata-rata tahun lalu setelah mengalami penurunan ketika pemerintah memberlakukan aturan lockdown yang ketat untuk mengatasi pandemi virus corona.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari situs Reutes, pada Senin, 18 Mei 2020, peningkatan polusi udara ini diduga karena aktivitas industri mulai aktif kembali.

Oleh sebab itu, ada kekhawatiran ketika kegiatan ekonomi menyebabkan emisi melonjak setelah sebelumnya polusi udara turun signifikan.

Baca Juga: Cek Fakta: Tersiar Kabar Jokowi Sarankan Minum Ajinomoto Agar Pintar Seperti Dirinya, Simak Faktanya 

"Ada tanda-tanda peringatan dini bahwa pemulihan Tiongkok dari krisis COVID-19 memengaruhi kualitas udara," kata Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) yang berbasis di Helsinki, yang memproduksi studi tersebut.

Tingkat rata-rata polusi udara di Tiongkok turun pada Februari 2020 jauh signifikan daripada pada tahun 2019.

Hal ini dipengaruhi karena adanya kebijakan lockdown seperti pabrik tutup, mengurangi permintaan listrik, dan memangkas penggunaan transportasi karena sejumlah penduduk tinggal dan bekerja di rumah (WFH).

Namun kini, tingkat rata-rata polusi mulai meningkat, dan lebih tinggi dalam 30 hari. CREA mengatakan dalam analisis data dari 1.500 stasiun pemantauan kualitas udara di Tiongkok.

Baca Juga: Dubes Tiongkok di Israel Meninggal di Kasur Apartemennya, Kasusnya Kematiannya Masih Misteri 

"Ini berlaku untuk nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan partikel halus, menunjukkan polusi kembali meningkat akibat aktivitas yang kembali menuju normal," kata CREA.

Wilayah klaster pabrik dilaporkan mengalami peningkatan emisi nitrogen dioksida yang lebih besar.

Sedangkan daerah perkotaan padat penduduk - di mana emisi gas sebagian besar berasal dari kendaraan, bukan pabrik atau pembangkit listrik, menunjukkan peningkatan yang lebih kecil.

Setelah berbulan-bulan menerapkan lockdown, Tiongkok membuka kembali aktivitas ekonominya ketika wabah mulai terkendali.

Baca Juga: NASA Lacak Asteroid 1997 BQ yang Hancurkan Zaman Dinosaurus, Kembali Menuju Orbit Bumi pada Mei 2020 

Meskipun beberapa kota - seperti Shulan, di timur Tiongkok telah menerapkan kembali langkah-langkah pembatasan sosial setelah melaporkan klaster infeksi virus corona baru.

Penggunaan transportasi secara keseluruhan di Tiongkok tetap lebih rendah dari tahun ke tahun, tetapi CREA mengatakan kekhawatiran tentang infeski baru virus corona telah membuat orang memilih kendaraan pribadi daripada angkutan umum, hal inil berkontribusi pada peningkatan polusi udara.

Di Eropa, kota-kota termasuk London, Milan, dan Brussels menganjurkan orang untuk memilih sepeda daripada mobil saat lockdown mulai dilonggarkan.

Para pakar kesehatan mengatakan penelitian di Tiongkok menunjukkan bahwa pemerintah perlu mengambil langkah-langkah lebih tegas untuk memperingatkan industri, demi menghindari peningkatan berkelanjutan polusi udara yang merusak kesehatan.

Baca Juga: Suporter Dilarang Menonton di Stadion, Klub Korea Selatan Jadikan Boneka Seks Sebagai Penggantinya 

"Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa kembali normal tidak akan memiliki konsekuensi yang sama, yaitu tingkat polusi sebelum krisis," kata Zoltan Massay-Kosubek, Manajer Kebijakan Udara Bersih di Aliansi Kesehatan Masyarakat Eropa.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x