Walau tidak disebutkan secara detil apa alasannya, diduga kuat hal itu berkaitan dengan klaimnya soal peretasan oleh lembaga intelijen AS itu.
Baca Juga: Studi Terbaru: Pasien Sembuh Covid-19 Masih Bisa Menularkan Hingga Tiga Minggu Kemudian
NetPosa, CloudMinds, maupun Qihoo belum memberikan komentar hingga berita ini diterbitkan.
Xilink yang menggarap chip untuk perusahaan-perusahaan teknologi Tiongkok, membenarkan soal adanya blacklisting dari Departemen Perdagangan AS.
Perusahaan yang berbasis di San Jose itu mengetahuinya setelah klien mereka masuk dalam daftar hitam AS.
Baca Juga: Usai Porak-Poranda Akibat Kebakaran Hutan dan Virus Corona, Australia Pulihkan Destinasi Pariwisata
"Kami tahu betul perkembangan terbaru terkait daftar hitam Kementerian Perdagangan dan bagaimana mereka tengah mengevaluasi dampak ekonominya. Kami patuh terhadap aturan yang mereka tetapkan," ujar Xilinx.
Blacklisting perusahaan dan institusi Tiongkok ini bukan yang pertama kalinya bagi AS.
Oktober lalu, AS memasukkan 28 perusahaan Tiongkok yang bergerak dalam bidang keamanan, dalam daftar hitam. Alasannya masih sama, penindasan terhadap Uighur.***