"Kelompok Eksekutif telah menerapkan jeda sementara lengan hidroksi kloroquine dalam Uji Coba Solidaritas sementara data keselamatan ditinjau oleh Dewan Pemantau Keamanan Data," ujar Tedros.
Baca Juga: Viral, Bocah Diduga Dieksploitasi Ditemukan dalam Kondisi Mengenaskan di Warung Kosong di Cianjur
Hydroxychloroquine telah dipuji oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai pengobatan yang mungkin untuk penyakit yang disebabkan oleh Virus Corona.
WHO sebelumnya merekomendasikan untuk tidak menggunakan hydroxychloroquine untuk mengobati atau mencegah infeksi virus corona, kecuali sebagai bagian dari uji klinis.
Tedros menambahkan bahwa masalah keamanan atas obat hanya terkait dengan penggunaan hydroxychloroquine dan klorokuin dalam COVID-19.
Baca Juga: Demi Dukung 'New Normal', Berikut Daftar 29 Wilayah yang Akan Kerahkan Pasukan TNI-Polri
"Obat-obatan ini diterima secara umum aman untuk digunakan pada pasien dengan penyakit autoimun atau malaria," tutur Tedros.
Kendati demikian, Tedros mengatakan bahwa jenis lain dari percobaan yang telah menjadi bagian dari inisiatif internasional utama untuk mengadakan uji klinis pengobatan potensial untuk virus, akan terus berlanjut.
Hingga saat ini, pemerintah Indonesia masih menggunakan obat malaria klorokuin tersebut untuk pengobatan pada pasien Virus Corona.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir seperti diberitakan sebelumnya oleh Pikiran-Rakyat.com mengatakan perusahaan BUMN di sektor farmasi akan memperbanyak produksi obat malaria tersebut untuk penyembuhan pasien Virus Corona.