Rusia Diduga Serang Warga Sipil Ukraina dengan Senjata Kimia Beracun

- 12 April 2022, 15:50 WIB
Ilustrasi senjata kimia Rusia yang diduga dipakai untuk menyerang warga sipil Ukraina.
Ilustrasi senjata kimia Rusia yang diduga dipakai untuk menyerang warga sipil Ukraina. /REUTERS/Alexander Ermochenko

PR BEKASI – Pasukan Rusia dikabarkan menggunakan senjata kimia beracun yang ditembakkan lewat drone untuk menyerang militer Ukraina dan warga sipil di Kota Mariupol.

Berdasarkan laporan dari Batalyon Azov yang bertugas di wilayah tersebut, serangan senjata kimia tersebut menyebabkan orang-orang menderita gagal napas dan masalah neurologis

"Para korban mengalami kegagalan pernapasan, sindrom vestibulo-ataksia akibat serangan senjata kimia Rusia,” katanya.

Ivanna Klympus, Ketua Komite Parlemen untuk Integrasi Ukraina ke UE, mengatakan bahwa Rusia kemungkinan besar menggunakan senjata kimia beracun dalam serangan itu.  

Baca Juga: Bacaan Doa Puasa Ramadhan Hari ke-10 dan ke-11, Mohon Dijauhkan dari Api Neraka

Laporan yang belum dikonfirmasi itu muncul beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, memperingatkan Rusia.

Biden menyatakan Rusia akan membayar harga yang mahal jika menggunakan senjata kimia di Ukraina.

Dia tidak menjelaskan apa konsekuensinya, tetapi mengesampingkan konfrontasi langsung antara NATO dan Rusia.

Rusia membantah menggunakan senjata kimia atau biologis selama serangannya di Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 lalu.

Baca Juga: Enel dan 3 Karakter One Piece Lainnya Tidak Bisa Dikalahkan Nami

Namun kantor berita Rusia, RIA, melaporkan pasukan yang didukung Rusia menganjurkan perang ekstrem ini.

Mariupol diketahui telah menjadi target strategis utama bagi pasukan Rusia sejak awal invasi.  
Kota pelabuhan tenggara itu terletak di antara wilayah Donetsk dan Luhansk yang pro-Rusia di timur, dan Semenanjung Krimea yang dianeksasi di selatan.

Merebut kota telah menjadi tujuan utama dari serangan pasukan Rusia dan telah mengakibatkan penembakan tanpa henti dari kedua sasaran militer dan sipil.

Baca Juga: Misteri One Piece 1047, Luffy Hancurkan Harta Berharga Buatan Im Sama, Ada Kaitan dengan Legenda All Blue

Berdasarkan laporan Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, pada Senin, 11 April 2022, lebih dari 10.000 warga sipil tewas dalam pengepungan Rusia di kota itu.

“Mayat-mayat berjejeran di jalanan kota kami dan diperkirakan berjumlah 20.000 jiwa,” katanya.

Dia menambahkan bahwa pasukan Rusia membawa peralatan kremasi bergerak ke kota pelabuhan untuk membuang mayat-mayat itu.

Ia juga menuduh mereka menolak untuk mengizinkan akses konvoi kemanusiaan dalam upaya untuk menyembunyikan pembantaian.

Baca Juga: Jadwal Buka Puasa Cirebon 12-15 April 2022, Duha, Imsak, Subuh

Saat beberapa orang berhasil melarikan diri dari kota tenggara, pasukan Rusia telah melanggar banyak upaya untuk menciptakan koridor kemanusiaan.

Wakil Wali Kota Mariupol, Serhiy Orlov, menggemakan keprihatinannya dengan mengatakan bahwa pertempuran untuk Mariupol berlanjut.

Dia membantah laporan tentang brigade marinir yang diunggah ke Facebook tentang kehabisan amunisi dan menghadapi pertempuran terakhir.

"Informasi tentang marinir itu palsu. Saya tidak memberi komentar palsu. Rusia untuk sementara menduduki sebagian kota,” katanya.  

“Tentara Ukraina terus mempertahankan bagian tengah dan selatan kota, serta kawasan industri dan sebagainya," ujarnya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Selasa, 12 April 2022.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x