PR BEKASI - Kabar tidak mengenakan datang dari Kansas bagian Barat Daya beberapa hari terakhir ini karena kematian hewan ternak sapi.
Pasalnya, 2000 ekor sapi dilaporkan mati usai terpapar suhu panas ekstrim di Kansas.
Dari kejadian ini, para peternak hewan tersebut dikabarkan mengalami kerugian besar-besaran.
Baca Juga: Menu Sandwich Bakso dari Daging Sapi, Semakin Menambah Keseruan Momen Idul Adha Anda
Jumlah tersebut, dikatakan oleh juru bicara agensi peternakan setempat, Matt Lara diperkirakan akan bertambah.
Matt Lara mengatakan demikian lantaran banyaknya laporan yang ia terima mengenai kematian sapi.
Sementara itu, Juru Bicara Asosiasi Peternakan, Scarlett Hagins mengatakan bahwa pekan lalu suhu berada pada angka 70-80 derajat celcius.
Kemudian pada hari Sabtu, suhu tiba-tiba naik menjadi 100 derajat celcius, seperti dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari laman Huffington Post pada Jumat, 17 Juni 2022.
Hagins mengatakan bahwa perubahan suhu yang mendadak ini yang menjadi pemicu sapi-sapi tersebut sulit menyesuaikan diri.
Sementara itu, dari keterangan Hagins, para peternak mengalami kerugian yang besar.
Baca Juga: Street Race Kabupaten Bekasi Siap Digelar Besok, Berikut Jadwal Tes Lintasan dan Motor Hari Ini
Pasalnya, hewan herbivora berbobot 1.500 kg itu dihargai sekira Rp29.600.000 per ekornya.
Jadi, jika ditotal, para peternak di Kansas mengalami kerugian dengan angka yang fantastis yakni sekira Rp59 miliar.
Keadaan suhu panas yang ekstrim ini bisa sedikit berkurang saat malam hari tiba.
Baca Juga: Teori One Piece 1053: Ryokugyu Disebut akan Ditemani Dua Laksamana ke Wano, Siapa Mereka?
Saat malam, suhu akan lebih dingin dan ini membantu sapi-sapi tersebut tidak terlalu stres.
Hagins lebih jauh menjelaskan bahwa kondisi kematian ribuan ternak sapi ini jarang terjadi.
Pasalnya, para peternak selalu melakukan tindakan pencegahan kepada hewan tersebut.
Baca Juga: Jadwal Piala Presiden 2022 Akhir Pekan, Persebaya vs Persib Malam Ini, Persija vs Barito Besok
Mereka rajin menyediakan persediaan air minum, mengatur jadwal makan, sehingga sapi-sapi tersebut tetap terjaga ketika suhu panas melanda.
“Tekanan panas selalu menjadi perhatian sepanjang tahun ini. Mereka (peternak) melakukan protokol mitigasi yang disiapkan,” ujar Hagins.
Di sisi lain, operator pemberian pakan Innovation Livestock Services di Great Bend, Brandon Depenbusch tampak kaget melihat ribuan sapi mati karena suhu panas.
Dia mengatakan bahwa perpaduan suhu dan kelembaban tinggi, serta angin yang rendah belum terjadi di Kansas Barat Daya sebelumnya.
“Ini sangat tidak normal, tapi itu memang terjadi,” ujarnya.
Di lain tempat, para peternak di negara bagian Amerika lain tidak menerima adanya kematian sapi meski suhu terbilang meningkat.
“Kami memiliki air dan alat penyiram di sini untuk membantu mengurangi panas dan gelombang panas,” ujar Kelli Payne, Pimpinan Oklahoma City National Stockyard.***