Mereka mengatakan akan meningkatkan dan memperluas pengamanan di wilayah Jalur Gaza dari serangan Israel.
Sebelumnya, tentara Israel dalam sebuah pernyataan menyatakan telah melakukan sepuluh serangan udara ke markas pertahanan Hamas di Gaza sebagai tanggapan atas serangan roket yang ditembakkan ke wilayah Israel.
Pada Selasa, 15 September 2020 malam, setidaknya dua roket ditembakkan dari Jalur Gaza, salah satunya berhasil dicegah oleh sistem anti-rudal Iron Dome milik Israel, sementara yang lain berhasil menghantam kota Ashdod di pesisir selatan Israel yang mana melukai dua orang.
Baca Juga: Komentari KemenBUMN Dibubarkan, Masyarakat Peduli BUMN: Ahok yang Harusnya Mundur, Dia Ga Becus!
Roket tersebut ditembakkan bersamaan dengan penandatanganan perjanjian diplomatik antara Israel, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat (AS).
Perjanjian diplomatik tersebut dikatakan Presiden AS, Donald Trump akan menjadi pelopor timbulnya perdamaian antara Palestina dengan Israel.
Sebaliknya, Palestina menganggap perjanjian yang dilakukan oleh tiga negara tersebut malah menjauhkan perdamaian antara kedua negara tersebut, dan semakin membuat sulit langkah Palestina merdeka dari pendudukan Israel.
Baca Juga: Sengketa Lahan Akan Dituntaskan, Pembangunan Sirkuit Mandalika Dikebut agar Rampung Tepat Waktu
Palestina, yang tanah airnya diduduki secara ilegal oleh negara Zionis tersebut memandang kesepakatan yang ditengahi AS sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan mereka.
Tembakan roket terbaru dari Gaza terjadi setelah bulan lalu pejuang Palestina melancarkan serangan balon bom ke wilayah Israel selatan, yang kemudian dibalas oleh Israel dengan serangan roket pada malam hari.