Menanggapi komentar Erdogan tersebut, Prancis telah memanggil pulang utusannya dari Turki untuk berkonsultasi setelah menganggap pidato Erdogan yang dianggap tidak dapat diterima.
"Komentar Presiden Erdogan tidak bisa diterima. Kami menuntut agar Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal," kata seorang pejabat kepresidenan Prancis.
Baca Juga: #StopBeliEsKrimAice Trending di Twitter, F-Sedar Soroti Perlakuan Terhadap Buruh di Pabrik Aice
Seorang pejabat Prancis yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, juga mengatakan tidak ada pesan belasungkawa dan dukungan dari Erdogan setelah kasus pemenggalan kepala seorang guru bernama Samuel Paty di luar Paris.
Seperti diketahui, Prancis kembali diguncang kasus penyerangan dengan pelaku memenggal seorang guru sejarah awal bulan ini.
Penyerang tersebut diketahui ingin membalas atas penggunaan kartun Nabi Muhammad oleh guru tersebut di kelas tentang kebebasan berekspresi.
Baca Juga: Tidak Banyak yang Tahu, Dua Tempat di Asia Tenggara Ini ternyata Jarang Tersentuh Manusia
Pada 6 Oktober 2020, Erdogan mengatakan, setelah komentar awal Macron tentang "separatis Islam", bahwa pernyataan itu adalah "provokasi yang jelas" dan menunjukkan "ketidaksopanan" pemimpin Prancis itu.
Macron pada bulan ini juga telah menilai Islam sebagai agama "yang sedang mengalami krisis" di seluruh dunia.
Dirinya juga mengatakan pemerintah akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang tahun 1905 yang secara resmi memisahkan urusan agama dengan urusan negara.***