Penanganan Limbah Medis di Jabar Meningkat Jadi 24 Ton Per Hari

- 4 April 2020, 12:37 WIB
PEMUSNAHAN limbah medis.*
PEMUSNAHAN limbah medis.* /humas java medivest/

PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat (Jabar) melalui PT Jasa Medivest (Jamed) meningkatkan kapasitas penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) infeksius dari 12 ton per hari menjadi 24 ton per hari mulai April 2020.

Hal itu dilakukan sebagai upaya mengantisipasi lonjakan limbah medis terkait pandemi Virus Corona atau COVID-19 di Jabar.

Dikutip oleh pikiranrakyat-bekasi.com dari situs resmi Humas Jabar, PT Jamed sendiri merupakan anak perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jasa Sarana yang fokus dalam pengelolaan limbah medis, berlokasi di kawasan Dawuan, Kabupaten Karawang.

Baca Juga: Herd Immunity Adalah Pilihan yang Tidak Tepat Lawan Virus Corona Saat Ini

Adapun limbah medis merupakan segala jenis sampah yang mengandung bahan infeksius atau bahan yang berpotensi infeksius, berasal dari fasilitas kesehatan seperti tempat praktik dokter, rumah sakit, praktik gigi, laboratorium, fasilitas penelitian medis, serta klinik hewan.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuturkan Jamed yang mempunyai fasilitas canggih pengelolaan limbah medis dapat menjadi solusi bagi penanggulangan limbah COVID-19 untuk provinsi lainnya.

“Dalam situasi pandemi COVID-19 berdampak pada peningkatan limbah medis. Jasa Medivest dapat mendukung manajemen penanggulangan mulai dari hulu sampai hilir,” kata Kang Emil, sapaan akrabnya pada Jumat, 3 April 2020 lalu.

Baca Juga: Di Tengah Virus Corona, Luhut Pandjaitan: Pemerintah Putuskan Tak Larang Mudik Lebaran

“Kapasitas pengelolaan telah ditingkatkan. Bagi provinsi lain yang meminta bantuan limbahnya untuk diolah dapat dibantu di sini,” tutur Kang Emil.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, total terdapat 2.820 rumah sakit, 9.825 puskesmas, dan 7.641 klinik di Indonesia.

Timbunan sampah medis bisa mencapai 296,86 ton per hari yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan yang tersebar di Indonesia. Sementara kapasitas pengolahan yang ada hanya 115,68 ton per hari.

Baca Juga: BERITA BAIK, 5 Pasien Positif Virus Corona Asal Bekasi Sembuh

Sekretaris Jenderal Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia (Indonesian Environmental Scientists Association/IESA), Lina Tri Mugi Astuti menyebutkan, rata-rata pasien menyumbang 14,3 kg limbah medis per hari.

Dengan asumsi ada 600.000 orang yang dirawat di Indonesia, maka penambahan limbah B3 bakal mencapai 8.500 ton per hari.

Secara terpisah Direktur Jasa Medivest Olivia Allan mengatakan peningkatan kapasitas pemusnahan limbah medis menjadi 24 ton per Jumat, 3 April dengan mengoperasikan dua mesin.

Baca Juga: Yasonna Laoly Ingin Bebaskan Napi Koruptor Karena Corona, ICW: Tidak Ada Kaitannya

Pemusnahan menggunakan insinerator berbasis teknologi “Stepped Heart Controlled Air” dengan dua proses pembakaran bersuhu 1.000-1.200 derajat celcius, dilengkapi pula alat kontrol polusi udara.

Mesin pembakaran mampu menetralkan emisi gas buang seperti partikel-partikel, acid gas, toxic metal, organic compound, CO, dioxin dan furan, sehingga gas buang yang dikeluarkan dapat memenuhi parameter standar baku emisi internasional.

“Dalam kejadian bencana akan ada korelasi dengan peningkatan limbah medis, biasanya dari korban atau pasien. Sampah medis umumnya masker dan sarung tangan. Namun dengan pandemi COVID-19, limbah medis bertambah dari tenaga medis, seperti dari alat penyelamat kesehatan, salah satunya Alat Pelindung Diri (APD). Jumlahnya sangat banyak karena sekali pakai,” kata Olivia.

Baca Juga: Donald Trump Sebut AS Akan Masuki Pekan Paling Menyedihkan Terkait Virus Corona

Tiongkok yang telah melewati fase puncak COVID-19, volume limbah medisnya mencapai 182.000 ton sejak akhir Januari.

Menurut Olivia, ribuan ton limbah medis penyakit infeksi menular dari SARS-CoV-2, virus corona jenis baru ini tak bisa ditangani dengan cara biasa.

Sampah medis ini harus cepat dimusnahkan karena dapat berdampak terhadap lingkungan hidup, kesehatan dan keberlangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lainnya.

Baca Juga: Sabun vs Hand Sanitizer, Mana yang Lebih Baik Melawan Virus Corona?

“Pemusnahan selain untuk menghindari potensi infeksi, juga terdapat risiko dimanfaatkan oleh orang tidak bertanggung jawab yang ingin mencari untung. Sampah rumah tangga saja kalau tidak dimusnahkan dapat menjadi sarang penyakit, apalagi ini dari virus penyakit menular,” ujarnya.

Olivia juga mengungkapkan, menghadapi pandemi COVID-19 yang merupakan fenomena baru, pengelolaan menggunakan standar operasional prosedur (SOP) khusus, disertai dengan langkah-langkah disinfeksi ketat.

Menurut dia, Jamed telah melayani pemusnahan limbah medis dari sejumlah wilayah di luar Jabar, di antaranya DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Baca Juga: Jota Jadi Karakter Free Fire Terlaris di Dunia Saat Ini, Terinspirasi Joe Taslim

Limbah medis juga datang dari sejumlah rumah sakit rujukan di Indonesia, termasuk belum lama ini dari 68 WNI eks anak buah kapal Kapal Pesir Diamond Princess. Filter udara kapal ini juga turut dimusnahkan.

“Saat ini juga sedang dijajaki sampah medis dari Wisma Atlet Kemayoran untuk dimusnahkan di Jamed,” pungkasnya.

Olivia juga menuturkan, apa yang dilakukan Jasa Medivest sebagai upaya pencegahan, juga untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. ***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Humas Jawa Barat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x