Anomali BMKG memang telah merilis bahwa hingga 3 bulan ke depan, sebagian wilayah telah memasuki musim kemarau.
Namun, anomali iklim La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan selama kemarau. Hujan di atas normal diperkirakan terjadi di wilayah selatan khatulistiwa, termasuk Jawa.
Potensi hujan lebat di atas normal ini menyebabkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor, tinggi.
Tak terkecuali di wilayah Jawa Barat yang menjadi menyangga DKI Jakarta. Rilis yang dikeluarkan BMKG menyebutkan, pada perkiraan Oktober, potensi banjir di DKI Jakarta meningkat dari semula "aman" menjadi "menengah" atau satu level di bawah "tinggi".
Di saat yang sama, beberapa wilayah hulu sungai yang bermuara di DKI, tercatat berpotensi mengalami curah hujan dan banjir tinggi.
Baca Juga: Dirgahayu Indonesia! Rekomendasi 20 Ucapan Perayaan HUT RI, Menambah Semangat Juang
Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Indra Gustari mengatakan, cuaca Agustus Oktober relatif lebih basah dibandingkan kondisi rata-rata. Artinya, secara umum curah hujan yang turun lebih tinggi dibandingkan biasanya.
”Penyebabnya adalah fenomena La Nina yang berkembang dengan intensitas lemah sampai moderat. Pengaruh La Nina secara umum berupa kenaikan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Jawa Barat,” ujarnya.
Indra mengatakan, sampai awal Agustus ini, 89 persen wilayah Jabar telah memasuki musim kemarau.